"Kami tidak memiliki masalah untuk kembali melaksanakan komitmen JCPOA kami," kata Zarif, dilansir dari New York Times, Selasa, 13 April 2021.
"Tapi Amerika harus tahu bahwa baik sanksi maupun tindakan sabotase tidak akan memberi mereka alat negosiasi dan tindakan ini hanya akan membuat situasi lebih sulit bagi mereka," imbuhnya.
Iran menuding musuh bebuyutan mereka, Israel, berada di balik serangan terhadap pabrik pengayaan uranium Natanz. Mereka berjanji akan membalas dendam dan meningkatkan kegiatan nuklirnya.
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengatakan "ledakan kecil" telah menghantam pusat distribusi listrik pabrik.
Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas sabotase tersebut, tetapi laporan media tanpa sumber di negara itu menghubungkannya dengan layanan keamanan Israel yang melakukan "operasi dunia maya".
Baca juga: Iran Tegaskan Fasilitas Nuklir Mereka Diserang Aksi Teroris
Pejabat intelijen AS dan Israel mengatakan ada peran Tel Aviv dalam serangan yang menghancurkan sistem tenaga pabrik tersebut. Sementara itu, Gedung Putih dengan tegas mengatakan tidak terlibat dalam insiden tersebut.
"Jika (Israel) berpikir mereka dapat menghentikan Iran untuk menindaklanjuti pencabutan sanksi, maka mereka membuat pertaruhan yang sangat buruk," terangnya.
Zarif menambahkan, Israel mungkin berpikir bahwa dengan melakukan peledakann di Natanz dapat mengurangi pengaruh Iran dalam pembicaraan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
"Tapi hal ini memungkinkan Iran secara sah dan legal menggunakan kapasitas apapun yang dimiliki di Natanz," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News