Rencana perdamaian ini juga meliputi pembukaan kembali lalu lintas udara dan laut serta dimulainya negosiasi politik.
Dikutip dari laman BBC pada Selasa, 23 Maret 2021, proposal rencana perdamaian diumumkan di Riyadh oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan. Ia menyerukan kepada Houthi, yang saat ini menguasai sebagian besar wilayah Yaman, untuk menerima proposal tersebut.
Pangeran Faisal mengatakan, gencatan senjata dapat segera diberlakukan begitu Houthi menerimanya.
Pemerintahan Yaman yang diakui komunitas internasional juga menyambut baik proposal Saudi. Namun menurut Houthi, proposal tersebut tidak menawarkan "sesuatu yang baru," dan juga tidak mencabut sepenuhnya blokade arus lalu lintas udara dan laut di ibu kota Yaman, Sanaa.
"Kami berharap Arab Saudi akan mengumumkan akhir dari blokade pelabuhan dan bandara, serta membekasna 14 kapal yang saat ini ditahan oleh koalisi," kata kepala negosiator Houthi, Mohammed Abdulsalam.
Ia mengatakan Houthi akan melanjutkan dialog dengan Arab Saudi, Amerika Serikat, dan juga mediator Oman untuk mencapai perjanjian damai.
Sejumlah pejabat Sauddi mengaku sedang mengkoordinasikan berbagai langkah mereka dengan PBB dan AS, yang selama ini juga terus meningkatkan upaya mengakhiri konflik berkepanjangan di Yaman.
Beberapa hari lalu sebelum adanya proposal Saudi, Houthi menolak rencana AS untuk penerapan gencatan senjata berskala nasional.
Tawaran Saudi disampaikan saat meningkatnya serangan misil dan drone Houthi terhadap sejumlah fasilitas minyak kerajaan. Rentetan serangan balasan juga dilakukan koalisi Saudi di Sanaa, yang saat ini dikuasai sepenuhnya oleh Houthi.
Baca: Balas Serangan Houthi, Koalisi Pimpinan Arab Saudi Hantam Pelabuhan Yaman
Berbagai rencana perdamaian untuk konflik Yaman telah berakhir gagal, termasuk gencatan senjata Saudi tahun lalu. Untuk kali ini, Saudi menawarkan beberapa konsesi, termasuk rencana pembukaan bandara internasional di Sanaa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News