Dalam pernyataan resminya, separatis bernama Dewan Transisi Selatan -- yang didukung Uni Emirat Arab -- menuding pemerintah Yaman telah melakukan praktik korupsi dan mismanajemen.
Dikutip dari Guardian, sejauh ini pemerintahan resmi Yaman yang diakui komunitas global belum merespons pernyataan separatis.
Perpecahan antar pemerintah Yaman dan separatis selatan merupakan konflik tersendiri di tengah peliknya perang sipil di negara tersebut. Di satu sisi, keduanya bersama-sama memerangi pemberontak Houthi sebagai bagian dari koalisi pimpinan Arab Saudi.
Houthi telah menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada 2014, termasuk ibu kota Sanaa. Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi melarikan diri ke Aden usai Houthi menguasai Sanaa. Dari Aden, Hadi kemudian mengungsi ke Saudi.
Koalisi Saudi mengintervensi konflik Yaman pada 2015, dan sejak saat itu terus menggempur Houthi agar Hadi dapat berkuasa kembali. Perang di salah satu negara termiskin di dunia Arab itu telah membuat jutaan warganya kehabisan obat-obatan dan terancam kelaparan.
Pengumuman terbaru separatis selatan meningkatkan kekhawatiran akan memburuknya situasi di Yaman, terlebih saat komunitas global tengah berjuang melawan pandemi virus korona (covid-19).
Sejauh ini, Yaman hanya melaporkan satu kasus terkonfirmasi covid-19 di provinsi Hadramawt. Namun sejumlah pakar dan pekerja kesehatan khawatir covid-19 dapat mewabah dengan cepat di Yaman karena buruknya sistem kesehatan di tengah kehancuran akibat perang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News