Khaled Meshaal, seorang pemimpin senior Hamas mengatakan bahwa sandera sipil yang ditahan di Gaza sejak dimulainya perang pada 7 Oktober akan dibebaskan, jika Israel “menghentikan agresinya.”
“Biarkan mereka menghentikan agresi ini dan Anda akan menemukan mediator seperti Qatar dan Mesir dan beberapa negara Arab dan lainnya akan menemukan cara untuk membebaskan mereka. Kami akan mengirim mereka ke rumah mereka,” ujar Khaled Meshaal, dalam sebuah wawancara dengan Sky News, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa 24 Oktober 2023.
“Kami ingin menghentikan pemboman secara acak, kehancuran total, genosida sehingga Brigade al Qassam dapat mengambil mereka dari tempat mereka dan menyerahkan mereka ke Palang Merah atau siapa pun,” tambah Meshaal.
Meshaal menambahkan, “Hamas memerlukan kondisi yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Biarkan mereka dibebaskan."
Menurut Meshaal, 22 sandera telah tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.
Serangan Israel
Sementara Israel kembali melakukan serangan semalaman pada Senin 23 Oktober. Setidaknya 110 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, telah terbunuh oleh serangan Israel di Jalur Gaza semalam ketika kekhawatiran akan adanya invasi darat semakin meningkat.Serangan dilaporkan terjadi di kamp pengungsi al-Shati di Gaza utara, kamp pengungsi al-Bureij di Gaza tengah, dan kamp pengungsi Gaza selatan di Rafah dan Khan Younis.
Mohammed Zakkout, Direktur Jenderal rumah sakit di Gaza mengatakan bahwa delapan dari 24 rumah sakit di Gaza kini telah berhenti berfungsi.
“Masalahnya dengan Israel adalah mereka tidak membeda-bedakan, warga sipil terbunuh di mana-mana. Jika rumah sakit al-Shifa benar-benar berhenti berfungsi, hal ini berarti kematian massal lebih dari 1.000 orang. Ada pasien gagal ginjal yang membutuhkan perawatan segera,” ujarnya kepada Al Jazeera Arab.
“Masih belum ada listrik atau air di mana pun di Gaza. Air yang tersedia tidak bersih dan terkontaminasi,” pungkas Zakkout.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News