Ketika ditanya apakah tidak akan ada hubungan normal tanpa jalan menuju negara Palestina yang kredibel dan tidak dapat diubah, Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan kepada Fareed Zakaria dari CNN: “Itulah satu-satunya cara agar kita bisa mendapatkan manfaatnya. Jadi ya, karena kita memerlukan stabilitas dan hanya stabilitas yang bisa dicapai melalui penyelesaian masalah Palestina.”
Pernyataan menteri luar negeri tersebut adalah bagian dari wawancara yang awalnya direkam di sela-sela Forum Ekonomi Dunia yang diadakan minggu lalu di Davos, Swiss, dan disiarkan pada hari Minggu di CNN.
Meredakan konflik di Gaza dan menghentikan kematian warga sipil adalah fokus utama Arab Saudi, kata Pangeran Faisal, seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu, 21 Januari 2024.
“Apa yang kami lihat adalah Israel menghancurkan Gaza, penduduk sipil di Gaza,” katanya. “Ini sama sekali tidak perlu, sama sekali tidak dapat diterima dan harus dihentikan.”
Kementerian Kesehatan setempat di Gaza mengatakan lebih dari 25.000 warga Palestina – sebagian besar perempuan dan anak-anak – tewas dan lebih dari 62.000 orang terluka dalam serangan Israel di wilayah tersebut sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh kelompok militan Palestina Hamas.
Perang Israel-Hamas
Serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, menurut Israel.Pada hari Kamis, duta besar Arab Saudi untuk AS mengatakan Kerajaan Arab Saudi tidak dapat melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan penting untuk mengakui Israel sampai ada gencatan senjata di Gaza.
“Saya pikir hal yang paling penting untuk disadari adalah [Kerajaan] belum menempatkan normalisasi sebagai inti kebijakannya. Hal ini menempatkan perdamaian dan kemakmuran sebagai inti kebijakannya,” kata Putri Reema binti Bandar pada panel di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
“[Kerajaan] sudah cukup jelas. Meskipun terjadi kekerasan di lapangan dan pembunuhan masih terjadi, kita tidak dapat membicarakannya pada hari berikutnya.”
Arab Saudi tidak pernah mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham yang ditengahi AS tahun 2020 yang membuat negara tetangganya di Teluk, Bahrain dan Uni Emirat Arab serta Maroko menjalin hubungan formal dengan Israel.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mendorong keras Arab Saudi untuk mengambil langkah yang sama.
Baca juga: Tolak Saran Biden, Netanyahu Menentang Keras Pembentukan Negara Palestina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News