Ribuan warga Palestina melarikan diri dari Khan Younis yang merupakan kota utama di selatan Gaza yang kini dikepung oleh tentara Israel.
Banyak di antara mereka yang telah mengungsi dalam beberapa minggu terakhir untuk menghindari pertempuran sengit antara Israel dan Hamas di utara.
"Kami tiba di sini tanpa tempat berteduh dan kehujanan semalam. Tidak ada yang bisa dimakan - tidak ada roti, tidak ada tepung," kata Ghassan Bakr kepada AFP, dilansir dari Arab News, Kamis, 7 November 2023.
Toko-toko kelontong di Rafah kosong melompong. Di pasar, para petani yang masih bisa mengolah lahan mereka menjual tomat, bawang, kubis, dan sayuran lainnya.
Di trotoar, anak-anak mengais-ngais panci besar berisi semolina yang merupakan sumbangan dari badan amal untuk warga Palestina.

Warga di Khan Yunis yang berlindung dari serangan Israel. Foto: AFP
Kepala hak asasi manusia PBB pun menyebut warga Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kengerian yang sangat mendalam selama hampir dua bulan setelah dimulainya perang yang telah membuat sekitar tiga perempat dari 2,4 juta orang di wilayah itu mengungsi.
Pertempuran itu dipicu oleh serangan berdarah Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel, di mana 240 orang disandera dan sekitar 1.200 lainnya tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza juga menyebut bahwa 16.248 orang telah terbunuh sejak kampanye Israel dimulai, lebih dari 70 persen di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Tenda-tenda darurat bermunculan di gurun pasir di antara bangunan-bangunan yang setengah jadi, dengan tali-tali yang dirangkai di antaranya untuk menjemur cucian.
"Ada pengeboman, penghancuran, selebaran yang dijatuhkan, ancaman, dan panggilan telepon untuk mengungsi dan meninggalkan Khan Yunis, tapi mau pergi ke mana?" tanya Khamis Al-Dalu.
| Baca: Serangan Israel ke Khan Younis Makin Intensif, Relawan Indonesia Mengaku Takut. | 
Lebih dari 80 persen penduduk Gaza adalah pengungsi atau keturunan pengungsi yang terusir atau meninggalkan tanah mereka ketika Israel didirikan pada 1948.
"Demi Tuhan, ke mana Anda ingin kami pergi? kami meninggalkan Khan Younis dan sekarang kami berada di tenda-tenda di Rafah, tanpa atap, tanpa dinding," kata Dalu seraya emosinya berkobar.
Di Khan Younis, pertempuran berlanjut pada hari Rabu. Di jalan-jalan yang sepi, beberapa warga yang tersisa menavigasi reruntuhan yang ditinggalkan oleh serangan Israel ketika mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit.
"Kami sedang duduk dan tiba-tiba ada serangan. Kepala saya tertimpa batu yang jatuh," kata Hussein Abu Hamada kepada AFP.
"Kami sangat terpukul, kewalahan secara mental. Kami membutuhkan seseorang untuk membantu kami, untuk menemukan solusi bagi kami untuk keluar dari situasi ini,” kata Amal Mahdi.
Pada Rabu sore, tentara Israel menjatuhkan selebaran di atas kota yang bertuliskan sebuah ayat Al-Qur'an 'Dan banjir menyergap mereka, padahal mereka adalah orang-orang yang zalim' sebuah referensi yang jelas untuk serangan 7 Oktober, yang dijuluki Operasi Banjir Al-Aqsa oleh Hamas.
Tentara Israel tidak segera menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang selebaran tersebut.
"Apa kesalahan kami?" tanya Umm Shadi Abu el-Tarabeech, di Rafah setelah mengungsi dari utara.
"Kami tidak punya senjata, kami bukan teroris dan kami tidak melakukan sesuatu yang buruk. Kami adalah warga sipil yang tak berdaya. Kami telah mencari perlindungan di satu tempat ke tempat lain, dan sekarang mereka menjatuhkan ini?" kata Umm Shadi.
Sedikitnya 16.248 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 43.616 lainnya terluka dalam serangan udara dan darat tanpa henti di daerah kantong tersebut sejak 7 Oktober, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas. (Kanaya Hairunissa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id