Hilangnya banyak nyawa warga sipil yang segera mengobarkan konflik di wilayah tersebut. Pihak berwenang menyalahkan serangan udara Israel, namun pernyataan tersebut dibantah oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang menyalahkan roket yang ditembakkan oleh faksi bersenjata Palestina.
Besarnya skala serangan yang dilaporkan meningkatkan kekhawatiran bahwa perang Gaza akan segera meluas ke wilayah lain termasuk Lebanon selatan, tempat Hizbullah, milisi Lebanon yang didukung Iran, telah terlibat baku tembak dengan Israel dalam beberapa hari terakhir. Serangan Israel tersebut terjadi di Rumah Sakit Ahli Arab.
Foto-foto yang didistribusikan oleh kantor berita menunjukkan sekelompok orang yang terluka dan meninggal di rumah sakit. Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat ketika banyak jenazah dievakuasi dari reruntuhan.
Alih-alih bertanggungjawab, Israel justru mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina. Ini adalah sebuah kelompok bersenjata di Gaza yang berpartisipasi dalam serangan teroris terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang.
Bencana di rumah sakit tersebut kini akan membayangi kunjungan Presiden Biden pada Rabu 18 Oktober 2023 ke Israel dan Yordania. Biden dijadwalkan bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina.
Namun, Abbas meninggalkan Yordania untuk melakukan pertemuan darurat dengan para pejabat Palestina, menurut seorang ajudannya. Tidak jelas apakah dia akan kembali tepat waktu untuk pertemuan tersebut.
Kunjungan Biden ditafsirkan sebagai bentuk dukungan yang kuat terhadap Israel, yang sedang bersiap menyerang Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan pejuang Hamas. Namun laporan awal mengenai angka kematian yang sangat tinggi di rumah sakit, ditambah dengan reaksi cepat dan marah dari negara-negara Arab, kemungkinan akan meningkatkan tekanan pada Biden untuk memoderasi tanggapan Israel.
Mesir segera menyalahkan Israel atas serangan tersebut dan mengecam keras apa yang disebutnya sebagai “serangan sengaja Israel terhadap fasilitas dan sasaran sipil.”
Sekolah-sekolah dan universitas-universitas di seluruh Lebanon akan ditutup pada Rabu setelah terjadinya serangan rumah sakit, kata menteri pendidikan negara itu dalam sebuah pernyataan.
Lyad Zagout, seorang pejabat kesehatan Gaza mengatakan, rumah sakit itu penuh dengan banyak pengungsi Gaza yang meninggalkan rumah mereka. Warga Gaza percaya bahwa akan aman untuk tinggal di sana.
“Ke mana masyarakat harus pergi untuk melindungi anak-anak mereka dari bom?” kata Zagout melalui telepon, seperti dikutip The New York Times.
Ahmed Hijazi, seorang jurnalis, berada di rumah sakit terdekat yang merawat banyak korban awal serangan tersebut.
“Seumur hidup saya belum pernah melihat orang sebanyak ini,” kata Hijazi melalui pesan suara.
“Tidak ada ruang. Ada ratusan orang yang terluka. Para martir ada di mana-mana. Saking banyaknya, jenazahnya kini ada di halaman. Lemari es kamar mayat sudah penuh, perluasan kamar mayat sudah penuh, dan sekarang mereka menyimpan jenazah di tempat yang diperuntukkan bagi jurnalis,” sebut Hijazi.
Sebelum insiden Selasa, otoritas kesehatan di Gaza mengatakan, setidaknya 3.000 orang telah tewas dalam pengeboman Israel selama 11 hari. Serangan Israel dimulai setelah militan Hamas mengamuk di kota-kota Israel dan melakukan kibbutze pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.300 orang, sebagian besar warga sipil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News