Dalam buku itu, Cohen mengklaim Trump pernah menyebut Nelson Mandela sebagai sosok biasa dan "bukan pemimpin." Cohen menyebut Trump tidak hanya meremehkan Mandela, tapi semua individu kulit hitam.
"Semua masyarakat cinta damai di dunia ini terkejut oleh penghinaan yang diucapkan seorang individu yang bukan pemimpin kompeten," kata ANC dalam sebuah pernyataan resmi, dilansir dari laman Yeni Safak, Rabu 9 September 2020.
ANC menilai Trump adalah tokoh "pemecah-belah, misoginis, dan juga kasar yang pernah menduduki jabatan presiden."
"Ikon perjuangan kami, Presiden Nelson Mandela, bertolak belakang dengan Trump. Seorang tokoh pemersatu, Presiden Mandela berusaha mengejar perdamaian serta mengupayakan kesejahteraan masyarakat global," ungkap ANC, partai yang dipimpin Mandela di periode 1991-1997.
Menurut laporan media lokal AS, Trump dan juga Gedung Putih membantah tudingan Cohen. Namun hal tersebut tidak menghentikan ANC dalam mengecam sang presiden.
Jika Nelson Mandela masih ada, sambung ANC, "ia akan mencoba berkomunikasi dengan Donald Trump untuk mengajarinya cara memahami tantangan-tantangan kompleks di dunia yang terus berkembang ini."
"Beliau juga akan mengundangnya untuk mengunjungi Gaza, untuk memahami penderitaan masyarakat Palestina dan menasihatinya untuk bekerja bersama komunitas internasional demi mencari solusi permanen di Timur Tengah," ungkap ANC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News