Datang dengan memakai pakaian sipil dan mengendarai sepeda motor, para penyerang melepaskan tembakan secara acak di sebuah sekolah di Kumba.
Menurut kesaksian sejumlah orang, termasuk satu orangtua murid, beberapa anak-anak melompat dari jendela lantai dua saat penembakan terjadi. Belum diketahui apakah serangan ini terkait dengan ketegangan antara militer Kamerun dan grup pemberontak yang ingin mendirikan negara bernama Ambazonia.
Penembakan ini merupakan yang terburuk di sekitar Kumba sejak 2017, setelah ratusan orang tewas dan ribuan lainnya telantar akibat konflik bersenjata. Konflik di wilayah tersebut juga membuat banyak anak-anak tak bisa bersekolah.
"Pelaku menemukan anak-anak di kelas dan melepaskan tembakan ke arah mereka," kata Ali Anougou, salah satu pejabat setempat, dilansir dari laman Asia One pada Minggu, 25 Oktober 2020.
Isabel Dione, salah satu orangtua murid, berlari ke arah sekolah usai mendengar mengenai adanya penembakan. Ia menemukan putrinya yang berusia 12 tahun dalam kondisi terluka di dalam kelas.
"Dia berteriak, 'ibu tolong aku,'" ujar Dione. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit, dan saat ini masih menjalani perawatan di bagian perut.
Anougou menduga serangan ini dilakukan grup pemberontak, namun sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.
Ayuk Tabe, salah satu pemimpin gerakan separatisme di Kamerun, mengecam serangan di sekolah Kumba sebagai perbuatan "tak berperikemanusiaan." Ia menuliskan di Twitter bahwa siapapun pelaku serangan tersebut, "harus diseret ke hadapan hukum."
Banyak grup pecahan terlahir dari gerakan separatisme di Kamerun pada 2017. Mereka semua cenderung bergerak sendiri, dan satu suara biasanya tidak mewakilkan keseluruhan gerakan.
Baca: Penculik Bebaskan 79 Pelajar yang Disandera di Kamerun
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News