Banjul: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa isu Palestina adalah inti dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Selama ini, lanjut dia, OKI telah berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Retno dalam Sesi ke-15 Konferensi Tingkat Tinggi OKI di Banjul, Gambia pada Sabtu, 4 Mei 2024.
KTT OKI kali ini mengangkat tema “Meningkatkan Persatuan dan Solidaritas Melalui Dialog Untuk Pembangunan Berkelanjutan.”
“Saya ingin mengingatkan kita semua akan Inisiatif Perdamaian Arab dan keputusan OKI bahwa perdamaian dengan Israel hanya akan mungkin terjadi jika Israel mengakhiri pendudukannya atas Palestina,” ucap Menlu Retno dalam keterangan tertulis kepada awak media pada Minggu, 5 Mei 2024.
“Keputusan tersebut memberikan pesan yang kuat kepada Israel: tanpa kemerdekaan bagi Palestina, tidak akan ada hubungan diplomatik. Pesan dan keputusan itu harus dipertahankan,” sambungnya.
Selama tujuh bulan terakhir, dunia menyaksikan kekejaman terburuk dalam sejarah modern. Lebih dari 34 ribu warga Palestina dibunuh oleh Israel yang merupakan genosida.
Bantuan kemanusiaan selalu terhambat. Ancaman untuk menyerang kota Rafah di Jalur Gaza terus berlanjut. Keanggotaan Palestina di PBB juga terus diblokir.
“Dalam situasi sulit ini, OKI harus bersatu membela keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Pertama, jangan biarkan perhatian kita terpecah,” ujar Menlu Retno.
“Fokus kita harus tetap bersatu dalam membantu Palestina. Kita harus mempertahankan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di Gaza dengan cara apa pun yang diperlukan untuk melanjutkan dukungan kita terhadap UNRWA,” lanjutnya.
“Oleh karena itu, Jaring Pengaman Keuangan Islam yang disepakati di OKI harus segera diaktifkan,” tutur Menlu Retno.
Poin kedua yang disampaikan Menlu Retno adalah terus mendorong gencatan senjata segera dan permanen di Gaza.
Gencatan senjata akan menjadi terobosan dalam menghentikan meningkatnya korban jiwa dan meringankan penderitaan kemanusiaan. Hal ini juga penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi negosiasi yang adil menuju solusi dua negara.
Ketiga, mencegah eskalasi lebih lanjut. “Kita perlu fokus pada penanganan bencana kemanusiaan di Palestina dan menahan diri dari konflik terbuka,” sebut Menlu Retno.
“Kita harus menjamin stabilitas kawasan dan dunia. Persatuan OKI harus berkontribusi pada perdamaian, bukan memperburuk krisis,” pungkasnya.
Baca juga: Komite Menlu Liga Arab-OKI Tekankan Pentingnya Selamatkan UNRWA
Cek Berita dan Artikel yang lain di