Badan-badan lain yang memberikan bantuan kemanusiaan juga melaporkan adanya hambatan dalam menyalurkan bantuan ke wilayah Palestina, yang telah dibombardir oleh Israel sejak serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober.
“Sejak awal tahun, setengah dari permintaan misi bantuan kami ke utara ditolak,” tulis Lazzarini di X, dilansir dari AFP, Jumat, 9 Februari 2024.
Ia menambahkan, PBB telah mengidentifikasi kantong-kantong kelaparan dan kelaparan di Gaza utara di mana orang-orang diyakini berada di ambang kelaparan.
“Setidaknya 300.000 orang yang tinggal di wilayah tersebut bergantung pada bantuan kami untuk kelangsungan hidup mereka,” imbuh dia.
Israel, yang telah mengepung wilayah kecil dan padat penduduk tersebut, memerintahkan warga yang tinggal di utara dan tengah Gaza untuk pindah ke selatan setelah mereka yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober itu.
Lebih dari separuh penduduk Gaza yang diperkirakan berjumlah 2,4 juta jiwa kini memadati kota Rafah di selatan, tempat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukannya untuk bersiap menyerang.
Thomas White, direktur urusan UNRWA di Gaza, mengatakan saat ini ada “kekhawatiran besar” mengenai serangan yang akan terjadi di Rafah, tempat badan tersebut bermarkas di seluruh Jalur Gaza.
“Akan sangat sulit mengelola operasi bantuan jika kami harus pindah dari Rafah. Kami sedang berjuang untuk memenuhi permintaan masyarakat saat ini,” katanya kepada Al Jazeera.
“Jika ada ratusan dan ratusan ribu orang yang berpindah lagi, kami tidak memiliki sumber daya untuk mendukung mereka tetapi juga secara operasional kami tidak akan dapat menjalankan operasi secara efektif dan aman dari kota yang sedang diserang oleh tentara Israel,” pungkasnya.
Baca juga: Dana UNRWA Masih Ditangguhkan, Spanyol Sumbang Rp59,2 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News