Kehancuran di Ukraina akibat serangan drone Rusia. Foto: AFP
Kehancuran di Ukraina akibat serangan drone Rusia. Foto: AFP

Lima Hal Terkait Meningkatnya Ketergantungan Putin Pada Iran

Medcom • 27 Oktober 2022 20:05
Moskow: Gedung Putih pada Rabu lalu memperingatkan bahwa hubungan yang semakin dalam antara Rusia dan Iran bergerak melampaui penjualan senjata menuju kolaborasi dalam menekan perbedaan pendapat. Hal tersebut sekaligus menandakan bahwa Amerika Serikat sedang mengawasi fase baru dalam hubungan antara Teheran dan Moskow.
 
Namun, ini juga menunjukkan ketergantungan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang berpotensi akan terus meningkat pada Iran ketika ia mencoba untuk mempertahankan dukungan global apa pun yang masih dapat ia kumpulkan.
 
“Pemerintah AS khawatir bahwa Moskow mungkin menasihati Teheran tentang praktik terbaik untuk mengelola protes," ujar sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, yang mengacu pada tindakan keras dan mematikan Iran terhadap demonstrasi anti-pemerintah yang dipimpin perempuan, seperti yang dikutip dalam laman Yahoo News, pada Kamis, 27 Oktober 2022. 

Tidak hanya itu, AS juga telah menolak bantahan yang dikatakan Kremlin. Bantahan itu sendiri berkenaan dengan masalah bahwa Iran yang memasok drone yang dipersenjatai dan memberikan pelatihan di lapangan kepada pasukan Rusia, digunakan dalam serangan mematikan terhadap Ukraina.
 
“Bukti bahwa Iran membantu Rusia mengobarkan perangnya melawan Ukraina jelas dan terbuka untuk umum dan Iran dan Rusia semakin dekat semakin terisolasi mereka. Pesan kami kepada Iran sangat, sangat jelas, berhenti membunuh orang-orang Anda dan berhenti menjual senjata ke Rusia untuk membunuh orang Ukraina,” ujar Jean-Pierre.
 
Berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang memperdalam hubungan antara Moskow dan Teheran:

1. Rusia mungkin membantu penumpasan protes di Iran

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby pada Rabu mengatakan bahwa dia tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang sumber-sumber informasi yang Moskow pertimbangkan untuk menasihati Teheran, tentang tanggapan mereka terhadap protes yang telah berlangsung lebih dari sebulan.
 
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri mengatakan bahwa setidaknya 23 anak telah tewas dan kelompok hak asasi manusia telah melaporkan lebih dari 220 kematian warga sipil.
 
Para pengunjuk rasa mendemonstrasikan kemarahan publik terhadap pemerintah ulama yang berkuasa memang terdorong oleh kematian seorang wanita berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moral. Penahanan ini diduga dilakukan karena wanita itu mengenakan jilbabnya secara tidak benar, seperti yang dipersyaratkan oleh negara.
 
“Jean-Pierre tidak mengajukan tuduhan, dia mengajukan fakta, bahwa kita tahu mereka (Rusia) mungkin mempertimbangkan semacam dukungan terhadap kemampuan Iran untuk menindak para pengunjuk rasa," ujar Kirby, tanpa memberikan bukti mengapa AS percaya akan hal itu.
 
“Kami akan melihat ke mana arahnya, tetapi itu hanyalah contoh lain dari Rusia dan Iran sekarang, untuk tidak hanya melanggar hak asasi manusia dan hak-hak sipil orang-orang di Iran, tetapi juga membahayakan kehidupan orang Ukraina,” tambahnya.

2. Rusia dan Iran terbang tinggi dengan kolaborasi drone dan rudal

“Penggunaan pesawat tak berawak Iran oleh Rusia di Ukraina, pertama kali didokumentasikan pada awal bulan ini. Penggunaan ini sendiri adalah contoh tingkat kerja sama militer terbesar yang dimiliki kedua negara,” ujar Becca Wasser, seorang rekan senior untuk Program Pertahanan dengan Center for a New American Security Amerika (CNAS).
 
Wasser juga mengatakan bahwa pesawat ini tampaknya  merupakan perpanjangan dari sikap transaksional yang mendalam dari kedua negara.
 
“Iran dapat menampilkan dirinya sebagai pemasok senjata kepada pembeli potensial yang tidak membeli senjata dari AS, Barat, atau bahkan Tiongkok, jika mereka dapat mengatasi masalah sanksi mereka,” tambah Wasser.
 
Hal ini juga memberikan Iran sebuah arena untuk menyerang balik AS dan negara-negara Barat dalam menentang sanksi yang dijatuhkan terhadap pemerintah Islam atas sejumlah pelanggaran.
 
Pelanggaran ini termasuk tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa, pelanggaran hak asasi manusia, ancaman terhadap Israel dan sekutu Teluk dan mengirim senjata untuk mewakili kekuatan regional.
 
Wasser menambahkan, bahwa bagi Rusia, Iran dengan mudah telah menyediakan jalan untuk memungkinkan mereka menyerang infrastruktur Ukraina dan sasaran sipil karena persediaan senjata canggihnya sendiri telah habis, dihancurkan dan diperas oleh sanksi.
 
"Di sini kita melihat permainan itu hubungan transaksional dari kerja sama ini ketika menguntungkan mereka, tetapi tidak harus memperdalam ikatan ke tingkat yang ekstrem," ujarnya.


3. Israel melihat, namun tidak bergerak

Israel mengawasi secara cermat keterlibatan Iran dalam perang Rusia. Akan tetapi, mereka masih tidak bergeming untuk menolak seruan yang sangat kritis dari Kyiv bahwa Yerusalem harus meninggalkan posisinya yang menahan pertahanan militer dan udara kepada Ukraina.
 
“Ada hal-hal yang tidak dapat kami berikan karena kepentingan keamanan nasional,” ujar Presiden Israel, Isaac Herzog di Washington pada hari Rabu.
 
Namun, Herzog memberikan bukti dari Israel kepada Presiden Biden yang mendukung klaim AS bahwa Rusia menggunakan persenjataan Iran untuk menyerang Ukraina dan dilatih oleh personel militer Iran yang hadir di Rusia dan wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.
 
Herzog sendiri telah melakukan inspeksi pada klaim tersebut dalam pembicaraan di Dewan Atlantik pada hari Rabu. Dia juga menunjukkan perbandingan berdampingan dari foto yang disebarluaskan oleh media Iran tentang drone Shahed-136 mereka dan foto yang menunjukkan apa yang tampaknya merupakan model persis yang ditemukan setelah serangan destruktif di Ukraina. 
 
“Ini hanya puncak gunung es,” ujar Herzog, dari informasi intelijen yang disajikan Israel ke AS.  
 
“Komunitas internasional harus dapat menghadapi Iran dan mengajukan pertanyaan sederhana,” tambahnya.
 
“Dapatkah komunitas internasional bernegosiasi dengan Iran dan menerima kebohongannya, dan mempercayai Iran ketika kita tahu bahwa mereka, keduanya, bergegas untuk membuat bom nuklir, serta melakukan semua hal mengerikan lainnya yang mereka lakukan?,” ujarnya bertanya.


4. Kesepakatan nuklir yang hampir mati mungkin memiliki kehidupan yang baru

Sementara pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 telah berhenti secara efektif, pemerintahan Biden menggunakan mekanisme kunci dari perjanjian untuk membawa pengawasan lebih pada penjualan senjata Iran ke Rusia.
 
Di samping itu, AS, Inggris, Prancis, dan Ukraina telah mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penjualan drone Iran ke Rusia merupakan pelanggaran terhadap Resolusi 2231.
 
Resolusi 2231 sendiri mengabadikan kesepakatan nuklir, memberlakukan embargo senjata terhadap Iran dan menyediakan mekanisme untuk negara penandatangan untuk memicu pengawasan terhadap setiap pelanggaran perjanjian.
 
“Transfer drone ini benar-benar merupakan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231. Kami akan melanjutkan dengan sekutu dan mitra dan dengan PBB untuk melihat apakah ada cara tambahan untuk meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Kirby dari podium.
 
Pelanggaran terhadap Resolusi 2231 yang sedang berlaku memang dapat digunakan untuk mencabut kembali sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin mengingat hak veto Rusia di dewan tersebut.
 
Jonathan Lord, rekan senior dan direktur program Keamanan Timur Tengah di CNAS, mengatakan bahwa tindakan di Dewan Keamanan kemungkinan lebih kepada membawa tekanan publik dan atribusi terhadap sesuatu yang masih disangkal oleh Iran, walaupun hal itu sangatlah tidak masuk akal.
 
Ia menambahkan bahwa AS dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi mereka sendiri terkait dengan penjualan drone Iran ke Rusia dan posisi mereka di PBB dapat membantu menekan negara lain untuk ikut bergabung.


5. Ekspor minyak dalam bahaya yang mungkin terjadi

“Status Rusia dan Iran sebagai pengekspor minyak dan ketergantungan pada pendapatan tersebut menambah lapisan kompleksitas lain pada hubungan mereka. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak mungkin menjadi faktor signifikan dalam mendorong mereka bersama atau memisahkan mereka,” ujar Antoine Halff, peneliti senior di Pusat Kebijakan Energi Global di Columbia University.
 
Sementara Rusia tetap menjadi salah satu dari tiga produsen minyak teratas di dunia, Halff mengatakan bahwa Iran adalah ‘produsen tingkat kedua’ dan ‘bayangan’ dari dirinya sebelumnya sebagai pengekspor minyak, mengingat sanksi global yang intensif di pasarnya.
 
Di sisi lain, AS, Eropa, dan negara-negara lain yang bersekutu dengan Kyiv telah berjuang untuk menekan penjualan minyak Rusia yang cukup untuk membangkrutkan perangnya di Ukraina. Skema yang dilaporkan tersebut dibahas untuk mencabut sanksi terhadap ekspor minyak Iran dan Venezuela untuk melawan posisi Rusia di pasar telah gagal terbentuk.
 
Halff juga mengatakan bahwa kepentingan Rusia dan Iran sendiri dalam minyak harus ditimbang dengan kepentingan bersama mereka, dalam penentangan mereka terhadap Barat, dan khususnya terhadap AS.
 
“Jadi, apa pun yang terjadi di minyak harus dilihat dalam konteks kepentingan bersama lainnya,” pungkasnya. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan