“Israel melanjutkan operasi kami untuk menargetkan Hamas di Rafah,” kata juru bicara pemerintah David Mencer pada konferensi pers, seperti dikutip AFP, Kamis 25 April 2024.
“Empat batalion yang tersisa di Rafah tidak dapat dilindungi dari Israel. Mereka akan diserang,” ungkap Mencer.
Mencer menambahkan bahwa ‘dua brigade cadangan’ telah dikerahkan untuk misi pertahanan dan taktis di Gaza’ melawan gerakan pejuang Palestina.
“Sejak invasi darat Israel dimulai di Gaza pada 27 Oktober, setidaknya 18 atau 19 dari 24 batalyon Hamas telah dihancurkan,” kata Mencer.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berulang kali mengatakan bahwa Israel akan terus melancarkan ancaman serangan terhadap Rafah, pusat populasi besar terakhir di Gaza yang belum dimasuki pasukan darat Israel.
Perdana Menteri yang berhaluan keras itu mengatakan bahwa penghancuran empat batalyon Hamas yang tersisa di Rafah sangat penting bagi tujuan perang pemerintahnya untuk menghancurkan kelompok Islam di Gaza.
Mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza mengungsi di Rafah, banyak di antaranya berlindung di perkemahan sementara.
Negara-negara termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel agar tidak mengirimkan pasukan ke Rafah, karena khawatir akan jatuhnya banyak korban sipil.
“Invasi militer besar-besaran ke Rafah akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan terhadap warga sipil yang terjebak di sana dan “pada akhirnya akan merugikan keamanan Israel,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller awal bulan ini.
Pejabat Palang Merah Fabrizio Carboni mengatakan kelompok kemanusiaan tidak mengetahui laporan rencana untuk memindahkan penduduk Rafah dari kota tersebut sebelum serangan terjadi.
“Tidak ada syarat bagi operasi militer tanpa konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan,” katanya kepada AFP, Selasa.
Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza, yang pada saat ini tidak dapat diterima oleh Netanyahu, yang telah berjanji untuk “menghilangkan” semua batalyon Hamas.
Mencer mengatakan bahwa “setidaknya 26.000 teroris terbunuh, ditangkap, atau terluka di medan perang selama perang di Gaza sejauh ini”.
Perang tersebut pecah setelah militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian 1.170 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel.
Serangan balasan Israel terhadap Hamas telah menewaskan 34.262 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News