Dikutip dari Al Arabiya, Selasa, 23 November 2021, staf kedubes Prancis memfasilitasi semua warganya di Ethiopia dengan memesan kursi pesawat komersial dan "jika diperlukan" akan memesan sebuah penerbangan sewaan.
Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris telah mengeluarkan peringatan serupa kepada warganya di Ethiopia dalam beberapa pekan terakhir. Kedua negara itu juga telah menarik staf non-esensial dari Ethiopia.
Seorang pejabat Kedubes Prancis di Ethiopia mengatakan bahwa beberapa staf kedutaan, termasuk mereka yang membawa keluarga, kemungkinan akan pergi dari negara tersebut.
Ethiopia Utara telah dilanda konflik berdarah sejak November 2020, saat Perdana Menteri Abiy Ahmed mengirim pasukan ke wilayah Tigray dalam menggulingkan kekuatan utamanya, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
PM Abiy, peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2019, menjanjikan kemenangan kilat. Namun pada akhir Juni, TPLF mengumpulkan kembali kekuatan dan menguasai sebagian besar wilayah Tigray, termasuk ibu kota Mekele.
Sejak saat itu, TPLF telah merebut sejumlah wilayah di Afar dan Amhara. TPLF juga membentuk sebuah aliansi dengan beberapa grup pemberontak, termasuk Pasukan Pembebasan Oromo (OLA) yang aktif di wilayah Oromia yang mengelilingi Addis Ababa.
Pekan ini, TPLF mengklaim telah menguasai Shewa Robit, yang berjarak sekitar 220 kilometer dari Addis Ababa melalui jalur darat.
Di Addis Ababa, PM Abiy Ahmed mengaku siap turun langsung ke medan perang untuk memimpin pasukan Ethiopia melawan TPLF.
Baca: PM Ethiopia Siap Pimpin Langsung Pasukan dari Medan Perang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
