Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas di Iran. (AFP)
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas di Iran. (AFP)

Ismail Haniyeh Tewas Karena Bom yang Ditanam Beberapa Bulan Sebelumnya

Marcheilla Ariesta • 02 Agustus 2024 08:42
Teheran: Informasi beredar jika pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas bukan karena rudal. Sebanyak tujuh pejabat Timur Tengah mengatakan, Haniyeh tewas akibat bom yang diselundupkan diam-diam ke wisma tamu tempat ia menginap di ibu kota Iran, Teheran.
 
Bom tersebut dilaporkan telah disembunyikan sejak dua bulan lalu di wisma tamu tersebut, menurut lima pejabat Timur Tengah. Wisma tamu tersebut dikelola dan dilindungi oleh Korps Garda Revolusi Islam dan merupakan bagian dari kompleks besar yang dikenal sebagai Neshat, di lingkungan kelas atas Teheran.
 
Haniyeh berada di ibu kota Iran untuk pelantikan presiden.

"Bom diledakkan dari jarak jauh," kata lima pejabat tersebut, seraya menambahkan jika bom diledakkan setelah Haniyeh dipastikan ada di dalam kamarnya.
 
Dilansir dari New York Times, Jumat, 2 Agustus 2024, ledakan tersebut juga menewaskan seorang pengawal Garda Revolusi Iran.
 
Ledakan tersebut mengguncang gedung, memecahkan beberapa jendela dan menyebabkan sebagian dinding luar runtuh, menurut dua pejabat Iran, anggota Garda Revolusi yang diberi pengarahan tentang insiden tersebut.
 
Haniyeh, yang pernah memimpin kantor politik Hamas di Qatar, pernah menginap di wisma tamu tersebut beberapa kali saat mengunjungi Teheran, menurut para pejabat Timur Tengah. Semua pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk berbagi rincian sensitif tentang pembunuhan tersebut.
 
Para pejabat Iran dan Hamas mengatakan pada hari Rabu bahwa Israel bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, sebuah penilaian yang juga disampaikan oleh beberapa pejabat AS yang meminta anonimitas.
 
Pembunuhan tersebut mengancam akan memicu gelombang kekerasan lain di Timur Tengah dan menggagalkan negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengakhiri perang di Gaza. Dan Haniyeh menjadi negosiator utama dalam pembicaraan gencatan senjata.
 
Israel belum secara terbuka mengakui tanggung jawab atas pembunuhan tersebut, tetapi pejabat intelijen Israel memberi pengarahan kepada Amerika Serikat dan pemerintah Barat lainnya tentang rincian operasi tersebut segera setelahnya, menurut lima pejabat Timur Tengah tersebut.
 
Pada Rabu lalu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak menerima informasi sebelumnya tentang rencana pembunuhan tersebut.
 
Beberapa jam setelah pembunuhan tersebut, spekulasi langsung terfokus pada kemungkinan bahwa Israel telah membunuh Haniyeh dengan serangan rudal, yang mungkin ditembakkan dari pesawat tanpa awak atau pesawat terbang, mirip dengan bagaimana Israel meluncurkan rudal ke pangkalan militer di Isfahan pada bulan April.
 
Teori rudal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Israel dapat menghindari sistem pertahanan udara Iran lagi untuk melakukan serangan udara yang begitu berani di ibu kota.
 
Ternyata, para pembunuh tersebut dapat mengeksploitasi celah yang berbeda dalam pertahanan Iran: celah keamanan di kompleks yang seharusnya dijaga ketat yang memungkinkan bom ditanam dan disembunyikan selama berminggu-minggu sebelum akhirnya meledak.
 
Pelanggaran tersebut, kata tiga pejabat Iran, merupakan kegagalan besar intelijen dan keamanan bagi Iran dan sangat memalukan bagi Garda Revolusi, yang menggunakan kompleks tersebut untuk tempat peristirahatan, pertemuan rahasia, dan menampung tamu-tamu terkemuka seperti Haniyeh.
 
Bagaimana bom itu disembunyikan di wisma tamu masih belum jelas. Para pejabat Timur Tengah mengatakan bahwa perencanaan pembunuhan itu memakan waktu berbulan-bulan dan memerlukan pengawasan ketat di kompleks itu.
 
Dua pejabat Iran yang menjelaskan sifat pembunuhan itu mengatakan mereka tidak tahu bagaimana atau kapan bahan peledak itu ditanam di ruangan itu.
 
Israel memutuskan untuk melakukan pembunuhan itu di luar Qatar, tempat tinggal Haniyeh dan anggota senior lain dari kepemimpinan politik Hamas. Pemerintah Qatar telah memediasi negosiasi antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza.
 
Sekitar pukul 2 pagi waktu setempat, alat itu meledak, menurut para pejabat Timur Tengah, termasuk Iran. Para pejabat mengatakan, anggota staf gedung yang terkejut berlari mencari sumber suara keras itu, yang membawa mereka ke kamar tempat Haniyeh menginap bersama seorang pengawal.
 
Kompleks itu dikelola oleh tim medis yang bergegas ke kamar itu segera setelah ledakan. Tim tersebut menyatakan bahwa Haniyeh telah meninggal dunia saat itu juga. Tim tersebut mencoba untuk menyadarkan pengawal tersebut, tetapi ia juga telah meninggal dunia.
 
Pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhalah, tinggal di sebelah kamar tersebut, kata dua pejabat Iran. Kamarnya tidak rusak parah, yang menunjukkan adanya perencanaan yang matang dalam penargetan Haniyeh.
 
Khalil al-Hayya, wakil komandan Hamas di Jalur Gaza yang juga berada di Teheran, tiba di tempat kejadian dan melihat jasad rekannya, menurut lima pejabat Timur Tengah tersebut.
 
Empat jam setelah ledakan itu, Garda Revolusi mengeluarkan pernyataan bahwa Haniyeh telah terbunuh. Pada pukul 7 pagi, Khamenei telah memanggil anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran ke kompleksnya untuk rapat darurat, di mana ia mengeluarkan perintah untuk menyerang Israel sebagai pembalasan.
 
Teheran telah berada di bawah keamanan yang ditingkatkan karena pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, dengan pejabat senior pemerintah, komandan militer, dan pejabat tinggi dari 86 negara berkumpul di Parlemen di Teheran pusat untuk upacara tersebut.
 
Di Iran, metode pembunuhan tersebut menjadi bahan rumor dan perselisihan. Kantor Berita Tasnim, outlet media untuk Garda Revolusi, melaporkan bahwa para saksi mengatakan sebuah benda seperti rudal telah menghantam jendela kamar Haniyeh dan meledak.
 
Namun, kedua pejabat Iran, anggota Garda Revolusi yang diberi pengarahan tentang serangan tersebut, mengonfirmasi bahwa ledakan itu terjadi di dalam kamar Haniyeh, dan mengatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan bahwa bahan peledak telah ditempatkan di sana beberapa waktu sebelumnya.
 
Operasi pembunuhan Israel di luar negeri terutama dilakukan oleh Mossad, dinas intelijen luar negeri negara itu. David Barnea, kepala Mossad, mengatakan pada Januari bahwa dinasnya "diwajibkan" untuk memburu para pemimpin Hamas, kelompok di balik serangan 7 Oktober di Israel.
 
"Ini akan memakan waktu, seperti yang terjadi setelah pembantaian di Munich, tetapi tangan kita akan menangkap mereka di mana pun mereka berada," kata Barnea, mengacu pada pembunuhan atlet Israel oleh teroris di Olimpiade 1972.
 
Baca juga: Ismail Haniyeh Tewas Akibat Rudal Berpemandu
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan