Kekerasan meletus ketika puluhan ribu pendukung Sadr turun ke jalan di Baghdad dan kota selatan Nasiriyah untuk unjuk kekuatan. Unjuk rasa dilakukan saat persiapan pemilihan parlemen Juni.
Jumlah pemilih mereka membayangi gerakan saingan yang didominasi pemuda meletus sejak Oktober tahun lalu, dan sempat mereda dalam beberapa bulan terakhir akibat ketegangan geopolitik dan pandemi virus korona (covid-19).
Perdana Menteri Mustafa al-Kadhemi telah menyerukan agar pemungutan suara lebih awal dilakukan pada Juni 2021, hampir setahun lebih cepat dari jadwal. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan utama dari gerakan protes tahun lalu.
Pada Jumat kemarin, pengikut ulama itu menyerang kamp tenda pengunjuk rasa anti-pemerintah di Lapangan Habboubi Nasiriyah.
"Orang-orang Sadrist memiliki senjata dan pistol datang untuk mencoba membersihkan tenda kami. Kami khawatir akan terjadi lebih banyak kekerasan," kata pemimpin gerakan anti-pemerintah, Mohammad al-Khayyat, dilansir dari AFP, Sabtu, 28 November 2020.
Sumber medis mengatakan kekerasan telah menewaskan empat orang dan melukai 51 lainnya. Sebanyak sembilan diantaranya mengalami luka tembak.
"Pasukan keamanan jelas gagal mencegah gerombolan bersenjata menyerbu Lapangan Habboubi," cuit mantan anggota Sadris, Asaad al-Naseri.
Pada malam hari, bentrokan terus berlanjut. Banyak tenda demonstran dibakar, dan kekacauan terjadi di sekitar alun-alun.
Sementara itu, pihak berwenang memberlakukan jam malam di Nasiriyah dan memecat kepala polisi di kota itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News