Konflik ini terkait dengan perang antara Israel dan Hamas. Houthi juga terlibat dan didukung oleh Iran. Sebelumnya, Iran mengirim surat khusus ke PBB, dinyatakan campur tangan AS dapat membahayakan kestabilan Timur Tengah.
“Tujuan AS dan Israel dalam menuding Iran di kasus ketegangan Laut Merah memiliki tujuan yang jelas: untuk mengalihkan perhatian dunia dari serangan barbar yang dilakukan Israel yang disokong AS terhadap warga sipil di Jalur Gaza dan Tepi Barat," tulis surat itu dikutip dari laman resmi Perwakilan Iran di PBB, pada Jumat, 12 Januari 2024.
Meskipun AS mencabut penetapan Houthi sebagai kelompok teroris pada 2021. Serangan mereka terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel meningkatkan ketegangan di kawasan.
Baca: AS-Inggris Gabung Kekuatan Lancarkan Serangan kepada Houthi di Yaman. |
Houthi menyatakan Israel sebagai musuh dan melancarkan serangkaian serangan. Diantaranya ada rudal dan drone. Berdasarkan laporan dari Channel News Asia, kelompok Houthi mengklaim memiliki rudal berbahan bakar cair yang memiliki jangkauan 1.350 km hingga 1.950 km. Rudal tersebut diklaim memiliki kemampuan menjangkau Israel.
Selain itu, Houthi juga menargetkan kapal-kapal di Laut Merah, mengakibatkan konflik di wilayah tersebut. Pada November 2023, mereka menyita sebuah kapal yang dimiliki oleh salah satu unit Ray Shipping Group milik pengusaha Israel Rami Ungar. Dan serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial terus berlanjut.
Kelompok Houthi menembakkan rudal balistik di Teluk Aden pada hari Kamis, 11 Januari 2024. Menurut para pejabat AS, serangan itu adalah serangan ke-27 terhadap pelayaran komersial yang dilakukan kelompok tersebut sejak 19 November.
Meskipun klaim Houthi mengenai serangan terhadap Israel, pernyataan resmi dari AS dan Israel menegaskan bahwa rudal dan drone yang diluncurkan Houthi telah dicegat. Pada tanggal 6 Desember, sistem pertahanan rudal Israel, Arrow, berhasil mencegat rudal Houthi di Laut Merah.
Houthi, sebuah kelompok pemberontak yang menguasai ibu kota Yaman, Sana'a, pada tahun 2014. Kelompok itu berasal dari klan di provinsi Saada dan memiliki afiliasi dengan Islam Syiah Zaidi.
Houthi menyatakan dirinya sebagai anti-Barat dan anti-Israel. Mereka mendapatkan dukungan teknis, pelatihan, dan senjata dari Iran dan Hizbullah di Lebanon.
Pada tahun 2011, pemberontakan Arab Spring memaksa Ali Abdullah Saleh mundur setelah tiga dekade berkuasa. Sesuai perjanjian transisi AS, Abd Rabbuh Mansur Hadi menggantikannya. Dan perundingan membuka jalan bagi konstitusi dan pemilu baru. Namun, Houthi menolak rencana federasi hasil diskusi tersebut.
Tahun 2014, penurunan subsidi bahan bakar memicu protes dan Houthi menggulingkan pemerintahan Hadi. Pada 2015, Arab melakukan intervensi atas nama Hadi memunculkan kekerasan yang menghancurkan Yaman. Sehingga menyebabkan serangan udara, keruntuhan ekonomi, dan kelaparan yang meningkat. (Atika Pusagawanti)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News