Orang-orang bersenjata dari kelompok pejuang Palestina, Hamas menyerbu perbatasan Gaza dengan Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang, menurut pejabat Israel.
Sejak itu, Israel tanpa henti membombardir Gaza dan mengirimkan pasukan darat, dan kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 9.700 orang telah terbunuh, sebagian besar juga warga sipil.
“Bantuan Amerika Serikat kepada rezim Zionis (Israel) mendorong mereka untuk membunuh dan melakukan tindakan kejam yang mengabaikan rakyat Palestina,” kata Raisi pada konferensi pers bersama di Teheran dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani yang sedang berkunjung.
“Kami percaya bahwa pengeboman harus dihentikan sesegera mungkin, gencatan senjata harus segera diumumkan dan bantuan harus diberikan kepada rakyat Gaza yang tertindas dan bangga,” kata Raisi, seperti dikutip AFP.
“Kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan ini adalah genosida, yang dilakukan oleh rezim Zionis (Israel) dengan dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tertentu,” tegas Raisi.
Kunjungan pemimpin Irak ke Iran terjadi sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken secara mengejutkan singgah di Baghdad dalam tur diplomatiknya ke Timur Tengah untuk bertemu dengan Sudani.
Di Bagdad, Blinken mengecam “serangan atau ancaman” terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah yang dilakukan oleh milisi yang menurut AS memiliki hubungan dengan Iran.
Sejak dimulainya perang Hamas-Israel, serangan roket dan drone telah menargetkan pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak.
Irak dekat dengan Iran, dan baik Baghdad maupun Teheran tidak mengakui negara Israel.
Pada 25 Oktober, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menggambarkan Amerika Serikat sebagai "kaki tangan kejahatan yang tidak dapat disangkal" yang dilakukan di Gaza.
Iran mendukung Hamas secara finansial dan militer tetapi menegaskan pihaknya tidak terlibat dalam serangan kelompok Islam Palestina pada 7 Oktober terhadap Israel, yang merupakan serangan terburuk dalam 75 tahun sejarah negara itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News