Safa Msehli, juru bicara Organisasi Migrasi Internasional (IOM), mengatakan bahwa 15 korban tewas ditemukan sempat menaiki sebuah perahu karet yang mengangkut setidaknya 110 imigran.
Para imigran diketahui bertolak dari kota Zawiya, Libya sejak Jumat kemarin.
Perahu karet yang dinaiki lebih dari 100 imigran dilaporkan mulai karam pada Minggu. Penjaga Pantai Libya berhasil menyelamatkan setidaknya 95 imigran, termasuk enam prempuan dan dua anak-anak.
Baca: Penjaga Pantai Turki Selamatkan 98 Imigran di Laut Aegea
Msehli mengatakan banyak penyintas mengalami hipotermia dan juga luka bakar dari bahan bakar kapal. Beberapa dari mereka telah dibawa dan dirawat di rumah sakit.
"Ini merupakan sebuah tragedi. Kecil kemungkinan pencarian akan dilakukan untuk menemukan sisa jenazah. Pemandangan di mana jenazah terdampar di pesisir sudah menjadi hal biasa belakangan ini," tutur Msehli, dilansir dari laman Al Arabiya.
Insiden tenggelamnya kapal merupakan kelanjutan dari peristiwa serupa di rute perairan Mediterania. Setidaknya 41 imigran dilaporkan tewas pekan kemarin usai mereka bertolak dari Libya dengan hanya menggunakan perahu kecil pada 18 Februari.
Libya telah mencari titik transit utama bagi imigran Afrika dan Arab yang ingin mencapai Eropa. Banyak warga Libya mencoba melarikan diri dari perang sipil untuk memulai kehidupan baru di Eropa.
Sindikat penyelundup biasanya menaikkan keluarga imigran yang putus asa ke perahu-perahu karet. Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan ribu imigran telah berhasil mencapai Eropa, baik dengan usaha sendiri atau diselamatkan petugas dari tengah laut.
Ribuan imigran lainnya meninggal dalam perjalanan menuju Eropa. Sebagian besar dari mereka tewas akibat tenggelam di perairan Mediterania. Namun hal tersebut tak menghentikan para imigran Afrika dan Arab untuk menempuh perjalanan berbahaya demi memperbaiki kehidupan mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News