Kebijakan tersebut, tentunya akan cenderung mengikuti yang dilakukan Barat, termasuk dalam hal perang Rusia-Ukraina. Selama ini, Turki memilih netral dalam perang tersebut.
Terlebih, Turki menjadi penengah dari kedua negara bertikai. Bahkan, di tangan Turki yang bekerja sama dengan PBB, Rusia dan Ukraina sepakat tetap mengekspor biji-bijian dan gandum.
Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia Yon Machmudi kepada Medcom.id mengatakan, kebijakan luar negeri Turki kemungkinan besar akan berpindah haluan.
"Jika pemimpin oposisi, Kemal Kilicdaroglu menjadi presiden, nampaknya ada perubahan kebijakan luar negeri yang besar. Figur ini kan cenderung pro terhadap Eropa dan Amerika, maka dari sisi peran Turki, itu akan cenderung berpihak pada Ukraina, dibanding saat ini yang mencoba mencari jalan win-win solution," kata Yon, Jumat, 12 Mei 2023.
Baca juga: Kandidat Presiden Turki Tiba-tiba Mengundurkan Diri Jelang Pemilu
"Saya kira, ia akan mengubah ke depannya terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina," sambung dia.
Hubungannya dengan negara-negara yang menjadi 'musuh' Barat, kata Yon, secara terkoreksi juga akan berubah.
"Yang mereka tidak menyukai kebijakan (Presiden Recep Tayyip) Erdogan yang cenderung menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang berseberangan dengan kebijakan Uni Eropa," imbuhnya.
Ia juga tidak bisa memprediksikan secara pasti siapa yang menang, karena menurutnya peluang Erdogan sebagai petahana dan Kilicdaroglu di posisi penantang sama-sama kuat.
Walaupun Erdogan secara jajak pendapat kalah dari lawannya, kata Yon, namun ia masih memiliki pengaruh yang kuat. "Begitu pula dengan partainya," katanya.
Pemilu Turki akan digelar dua hari lagi, tepatnya Minggu, 14 Mei 2023. Pemilu kali ini dinilai yang terpanas di negara itu.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News