“39 warga sipil tewas, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, ketika penembakan melanda rumah mereka wilayah Darfur, Sudan barat. Wilayah konflik itu diketahui luas dan dilanda perang,” kata petugas medis dan saksi mata, seperti dikutip AFP, Selasa 29 Agustus 2023.
“Serangan itu terjadi di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan, di mana menurut PBB sekitar 50.000 orang terpaksa mengungsi sejak 11 Agustus,” imbuh keterangan itu.
Kondisi di Sudan saat ini masih dilanda perebutan kekuasaan antara Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin paramiliter Mohamed Hamdan Daglo.
Panglima militer Sudan hari Selasa melakukan perjalanan ke Mesir dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak pecahnya perang pada April, dengan kekerasan terbaru yang menewaskan puluhan warga sipil di Darfur yang dilanda perang.
Jenderal Sudan itu akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, sekutu utamanya, mengenai perkembangan di Sudan yang dilanda perang dan hubungan bilateral, kata Dewan Kedaulatan Sudan yang berkuasa.
Burhan, yang mengenakan pakaian sipil dan bukan seragam militer khasnya, terlihat menaiki pesawat di Port Sudan dan kemudian disambut oleh Sisi di landasan bandara El Alamein dalam video yang dirilis oleh dewan.
Perang antara Burhan dan mantan wakilnya yang menjadi saingannya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, telah berkecamuk sejak 15 April.
'Mengakhiri Pemberontakan'
Selama berbulan-bulan, RSF telah mengepung Burhan di dalam markas militer di Khartoum. Namun pekan lalu panglima militer melakukan serangan publik pertamanya di luar kompleks tersebut untuk meninjau pasukan di beberapa bagian negara tersebut.Pada Senin dia berada di Port Sudan di mana dia menyampaikan pidato berapi-api kepada tentara, bersumpah untuk melawan RSF yang dia sebut sebagai tentara bayaran untuk “mengakhiri pemberontakan”.
“Kami bergerak ke mana-mana untuk mengalahkan pemberontakan ini, mengalahkan pengkhianatan ini, yang dilakukan oleh tentara bayaran yang datang dari seluruh dunia,” kata Burhan kepada pasukan yang bersorak.
“Tidak ada waktu untuk berdiskusi sekarang. Kami memusatkan seluruh upaya kami pada perang, untuk mengakhiri pemberontakan,” ungkap Burhan.
Komentarnya muncul sehari setelah Daglo mengeluarkan pernyataan yang merinci 10 poin “visi” untuk mengakhiri perang dan membangun “negara baru."
Rencana tersebut menyerukan “pemerintahan sipil berdasarkan norma-norma demokrasi” dan “institusi militer nasional yang tunggal dan profesional” – sebuah poin penting yang mengubah negara-negara bekas sekutu menjadi saingan.
Baca juga: 5 WNI Berhasil Dipulangkan ke Indonesia dari Wilayah Konflik Sudan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News