Demonstrasi menentang dan lakukan boikot produk Israel. Foto: AFP
Demonstrasi menentang dan lakukan boikot produk Israel. Foto: AFP

Boikot Anti Produk Barat Melanda Timur Tengah

Fajar Nugraha • 07 November 2023 14:37
Manama: Di sebuah toko serba ada di Bahrain, Jana Abdullah yang berusia 14 tahun membawa tablet saat dia berbelanja. Dia memeriksa daftar merek Barat yang harus dihindari saat Israel menggempur Gaza dalam kampanyenya untuk menghancurkan Hamas.
 
Jana dan adik laki-lakinya yang berusia 10 tahun, Ali, biasa makan di McDonald's hampir setiap hari. Namun mereka termasuk di antara banyak orang di Timur Tengah yang kini memboikot produk-produk yang mereka yakini mendukung Israel.
 
Dengan menyebarnya kampanye ini di media sosial termasuk TikTok, anak-anak serta orang tua mereka menghindari merek-merek besar Barat.

“Kami sudah mulai memboikot semua produk yang mendukung Israel sebagai solidaritas terhadap Palestina,” kata Jana kepada AFP.
 
“Kami tidak ingin uang kami berkontribusi pada lebih banyak pertempuran,” tambah Jana, mencari pengganti lokal.
 
Gerakan ini secara bertahap membengkak sejak Hamas melancarkan serangan besar-besaran pada 7 Oktober ke Israel. Negara Yahudi kemudian membalas dengan operasi tanpa henti membombardir Gaza dan mengirimkan pasukan darat. Hingga kini, warga Palestina yang tewas sudah mencapai lebih dari 10.000 yang sebagian perempuan dan anak-anak.
 
Di seluruh wilayah, masyarakat Arab yang marah karena serangan Israel telah berbalik melawan merk-merk yang terkait dengan sekutu Israel, terutama Amerika Serikat.
 
Boikot tersebut disertai dengan seruan kepada negara-negara Arab untuk memutuskan hubungan dengan Israel. Sementara demonstrasi pro-Palestina terjadi setiap minggu di ibu kota-kota besar.
 
Turki dan Yordania telah menarik duta besarnya untuk Israel, Arab Saudi mengumumkan jeda dalam pembicaraan normalisasi dan parlemen Bahrain mengatakan hubungan perdagangan telah dihentikan, meskipun tidak ada konfirmasi dari pemerintah.

Baliho yang suram

Dipimpin oleh kaum muda yang melek teknologi, kampanye boikot ini mencakup ekstensi browser, situs web khusus, dan aplikasi ponsel pintar yang mengidentifikasi produk-produk terlarang.
 
Salah satu ekstensi Google Chrome, PalestinePact, mengaburkan item yang diiklankan secara online jika item tersebut disertakan dalam daftar.
 
Metode yang lebih tradisional juga digunakan. Di samping jalan raya empat jalur di Kota Kuwait, papan reklame raksasa memperlihatkan gambar anak-anak yang berlumuran darah dan dibalut.
 
“Apakah kamu membunuh seorang warga Palestina hari ini?” slogan muram itu bertanya, menusuk konsumen yang masih menggunakan barang sasaran.
 
Menurut Mishari al-Ibrahim, seorang aktivis Kuwait, dukungan Barat terhadap serangan Israel di Gaza "memperkuat penyebaran boikot di Kuwait".
 
“Hal ini menciptakan gambaran mental di kalangan masyarakat Kuwait bahwa slogan-slogan Barat dan apa yang mereka katakan tentang hak asasi manusia tidak berlaku bagi kami,” tegas Al-Ibrahim.
 
McDonald's telah menjadi target utama. Bulan lalu, jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS) di Israel mengumumkan bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel, sehingga memicu keributan di wilayah tersebut.
 
McDonald's Kuwait, sebuah entitas terpisah, menanggapinya dengan menjanjikan lebih dari USD160.000 untuk upaya bantuan di Gaza, dan mengatakan mereka "berpihak pada Palestina" dalam sebuah pernyataan di media sosial.
 
McDonald's Qatar juga menjanjikan USD275.000 untuk upaya bantuan di Gaza, dan menekankan dalam sebuah pernyataan bulan lalu bahwa mereka terpisah dari cabang Israel.
 
Dalam sebuah pernyataan bulan ini, McDonald's Corporation mengatakan pihaknya "tidak mendanai atau mendukung pemerintah mana pun yang terlibat dalam konflik ini".

Bayar untuk peluru

Di Qatar, beberapa outlet media Barat terpaksa tutup setelah pemiliknya membagikan konten pro-Israel secara online.
 
Cabang Pura Vida Miami di Doha, sebuah kafe Amerika, dan perusahaan kue Prancis Maitre Choux keduanya tutup pada bulan Oktober.
 
Di Mesir, merek soda buatan dalam negeri yang sudah lama diabaikan oleh sebagian besar masyarakat kini menjadi populer karena boikot.
 
Spiro Spathis, yang didirikan pada tahun 1920, mengatakan baru-baru ini menerima lebih dari 15.000 lamaran dalam putaran perekrutan yang didorong oleh meningkatnya permintaan.
 
Namun, boikot tersebut dapat berdampak besar terhadap perekonomian Mesir, demikian peringatan Federasi Kamar Dagang Mesir.
 
“Dampaknya terhadap investor Mesir dan puluhan ribu pekerja akan sangat besar,” kata sebuah pernyataan, seraya menekankan bahwa cabang-cabang lokal dimiliki oleh pewaralaba Mesir.
 
Sementara itu di Yordania, di mana postingan media sosial memperingatkan konsumen untuk tidak “membayar harga yang mahal”, Abu Abdullah sedang memeriksa dengan cermat sebotol susu beraroma di sebuah toko kelontong di ibu kota, Amman.
 
“Ah, ini buatan Tunisia,” katanya, putranya, Abdullah, yang berusia empat tahun berdiri di sampingnya.
 
“Setidaknya ini yang bisa kami lakukan untuk saudara-saudara kami di Gaza. Kita harus memboikot,” pungkas Abdullah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan