"Dari komitmen menghidupkan kembali sebuah perjanjian yang coba dirusak AS, Iran adalah pihak paling aktif di Wina dengan pengajuan usulan terbanyak," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, dikutip dari laman Yeni Safak pada Minggu, 27 Juni 2021.
"Saya masih percaya kesepakatan ini (bisa dihidupkan), jika AS memutuskan untuk meninggalkan warisan gagal (Donald) Trump. Iran tidak mau bernegosiasi selamanya," lanjut dia.
Trump menarik perjanjian nuklir Iran 2015 -- Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) -- pada 2018. Setelahnya, Trump menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi kepada Iran.
Teheran pun membalas langkah tersebut dengan meningkatkan pengayaan uranium melebihi batas yang ditentukan dalam JCPOA.
Inti dari JCPOA adalah pengendalian program nuklir Iran, dan sebagai gantinya, serangkaian sanksi ekonomi terhadap Teheran akan diringankan atau dicabut.
Seiring bergantinya pemerintahan, AS di bawah Presiden Joe Biden memperlihatkan kecenderungan untuk memperbaiki JCPOA. Iran pun menyambut baik sikap pemerintahan Biden.
Namun kedua negara masih sama-sama berkeras dan mengajukan syarat. AS ingin Iran terlebih dahulu menurunkan pengayaan uranium, sementara Teheran ingin Washington mencabut sanksi ekonomi.
Baca: Iran Klaim Ada Upaya Sabotase Gagal ke Gedung Badan Energi Atom
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News