Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah pada usia 91 tahun. Foto: The New York Times
Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah pada usia 91 tahun. Foto: The New York Times

Emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah Wafat di Usia 91 Tahun

Juven Martua Sitompul • 30 September 2020 05:47
Kuwait City:  Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah, wafat pada Selasa 29 September 2020. Sosok yang krusial dalam pertumbuhan Kuwait itu wafat pada usia 91 tahun.
 
Sheikh Sabah memimpin negara kecil kaya minyak itu melalui persaingan yang penuh gejolak di Timur Tengah. Selama empat dekade dia menjabat sebagai menteri luar negeri dan kemudian pada akhirnya menjadi penguasa Kuwait.
 
Menurut kantor Berita KUNA, yang dikutip dari The New York Times, Rabu 30 September 2020, Emir Kuwait telah menjalani operasi dan kemudian diterbangkan ke Amerika Serikat untuk perawatan medis pada Juli.

“Kematiannya diperkirakan akan mengangkat saudara tirinya yang berusia 82 tahun, Putra Mahkota Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah, menjadi pemimpin Kuwait,” sebut The New York Times.
 
“Sementara kebijakan emir yang akan datang belum jelas, para analis memperkirakan bahwa Kuwait akan terus bertindak sebagai mediator di lingkungannya yang bergejolak, dengan cekatan menavigasi antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di satu sisi dan musuh negara-negara Arab itu, Iran dan Qatar.
 
Sebuah negara Teluk Persia dengan 4,2 juta orang yang berada di antara Arab Saudi di selatan dan Irak di utara, Kuwait memiliki cadangan minyak terbesar keenam di dunia. Ini membuatnya dianugerahi kekayaan luar biasa yang memberinya tingkat kemerdekaan dari tetangganya yang lebih kuat.
 
Sheikh Sabah adalah arsitek dan sering kali merupakan perwujudan dari kebijakan luar negeri yang independen dan tidak berpihak.
 
Kuwait berfungsi sebagai perantara regional pada tahun 2014, ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain berselisih dengan Qatar. Saat itu Qatar dituduh telah merusak penguasa negara lain dengan mendanai terorisme, mencampuri urusan dalam negeri mereka, mendanai operasi jaringan televisi Al Jazeera dan nyaman hingga Iran.
 
Tenggelam dalam dinamika kesukuan, agama, dan politik di wilayah tersebut, Syekh Sabah secara pribadi terbang dari ibu kota Arab ke ibu kota ketika dia berusia pertengahan 80-an, memimpin putaran negosiasi yang akhirnya membujuk kedua belah pihak ke dalam ketegangan yang tidak nyaman.
 
Ketika Qatar memutuskan hubungan dengan negara Arab Saudi sama sekali pada 2017 Kuwait kembali menjadi perantara bersama Mesir, meskipun dengan kesuksesan yang jauh lebih sedikit. Qatar dan musuh-musuhnya tetap terasing, dengan hubungan diplomatik dan ekonomi dibekukan dan blokade darat dan laut terhadap Qatar masih berlaku.
 
“Meskipun ada periode pergolakan, Kuwait tetap stabil secara politik. Dengan Parlemen terpilih, blok-blok yang menyerupai partai politik dan terkadang debat publik yang sengit, Kuwait dapat berpartisipasi dalam pemerintahan mereka lebih luas daripada tetangga Teluk Arab mereka,” imbuh The New York Times.
 
Diperintah oleh monarki absolut, negara itu tetap menjadi sekutu penting Amerika Serikat sejak 1991, ketika pasukan pimpinan Amerika memukul mundur invasi Irak ke Kuwait selama Perang Teluk. Hari ini, Kuwait menampung sekitar 13.000 tentara Amerika.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(JMS)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan