Khaled al-Drebi (kanan) tampak menyusun halaman-halaman Al-Quran untuk direkatkan kembali menjadi satu di Tripoli, Libya, pada 22 Maret 2022. Foto: AFP/Mahmud Turkia
Khaled al-Drebi (kanan) tampak menyusun halaman-halaman Al-Quran untuk direkatkan kembali menjadi satu di Tripoli, Libya, pada 22 Maret 2022. Foto: AFP/Mahmud Turkia

Seniman Libya Restorasi Al-Quran Tua di Tengah Ramadan

Medcom • 05 April 2022 08:30
Tripoli: Pada bulan suci Ramadan, banyak umat Muslim yang membaca Al-Quran untuk meningkatkan ibadah. Hal ini mendorong sekelompok relawan di Libya untuk bekerja siang malam guna memperbaiki Al-Quran yang sudah tua atau rusak.
 
Khaled al-Drebi adalah seorang warga Libya yang terkenal terampil memperbaiki Al-Quran. Ia dan beberapa artisan lain datang ke sebuah sanggar kerja di Tripoli setiap hari untuk merespons meningkatnya permintaan pelanggan Ramadan untuk memperbaiki kitab suci umat Muslim itu selama Ramadan.
 
"Pembelian Al-Quran baru biasanya naik sebelum bulan Ramadan, tapi situasinya baru-baru ini berubah di Libya," ujar Drebi kepada AFP, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa 5 April 2022.

“Penyebabnya adalah kenaikan harga Al-Quran, terutama sejak negara berhenti mencetaknya di Libya,” tambahnya.
 
Negara Afrika Utara itu telah mengalami konflik selama lebih dari satu dekade, menyebabkan banyak institusinya berantakan dan merugikan perekonomian negara yang kaya minyak itu.
 
"Biaya untuk membeli Al-Quran telah meningkat, akibatnya upaya perbaikan Quran lama jadi semakin populer," jelas Drebi.
 
Seniman Libya Restorasi Al-Quran Tua di Tengah Ramadan
Al-Quran yang tengah direstorasi. Foto: AFP
 
Harga Al-Quran baru bisa mencapai USD20 atau hampir Rp300.000. Tapi untuk memperbaiki Al-Quran lama, hanya diperlukan beberapa dolar saja atau puluhan ribu rupiah.
 
Tapi biaya bukan faktor satu-satunya. Bagi banyak orang, Al-Quran lama juga punya nilai sentimental.
 
"Ada kaitan spiritual bagi sebagian pelanggan," kata Drebi. Ia menambahkan bahwa banyak pelanggannya memilih untuk melestarikan Al-Quran yang diturunkan dari keluarga. "Ada yang bilang Al-Quran ini baunya seperti kakek nenek atau orangtuanya,” tambahnya.
 
Di tempatnya itu, Abdel Razzaq al-Aroussi menyortir ribuan Al-Quran berdasarkan tingkat kerusakan.
 
"Kalau kerusakannya hanya sedikit, restorasi memerlukan waktu tak lebih dari sejam, tapi kalau rusak berat, perlu dua jam atau lebih," katanya.
 
“Kitab suci itu harus dilepas, direstorasi, lalu diikat/ditempel," katanya -- proses rumit yang sangat memerlukan "waktu dan konsentrasi" yang besar.
 
Mabrouk al-Amin, pengawas di sanggar kerja itu, mengatakan proses restorasi "memerlukan banyak seniman."
 
"Mengerjakan buku Tuhan sangat menyenangkan dan kami tidak bosan pekerjaan ini sangat membahagiakan," ujarnya.
 
Para perajin ini mengatakan mereka telah memperbaiki setengah juta Al-Quran sejak sanggar kerja itu dibuka pada 2008. Dan lebih dari 1.500 orang telah dilatih dari 150 pusat restorasi Al-Quran. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan