Dipimpin Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, militer Burkina Faso menggulingkan pemerintahan sipil Presiden Roch Marc Christian Kabore. Damiba mengatakan kudeta ini dilakukan karena sang presiden gagal menangani masalah ekstremisme dan terorisme.
Menggunakan baret merah dan pakaian militer, Letkol Damiba berjanji memulihkan situasi di seantero negeri sesegera mungkin.
"Saat kondisinya sudah memungkinkan, saya berkomitmen untuk kembali ke tatanan konstitusi normal," ucapnya, dilansir dari laman BBC, Sabtu, 29 Januari 2022.
Ia mengaku akan bertemu perwakilan semua elemen masyarakat Burkina Faso untuk menyepakati sebuah roadmap menuju reformasi. Selain itu, Letkol Damiba menyerukan dukungan mitra-mitra internasional dalam membantu mengatasi krisis saat ini.
"Saya menyerukan komunitas internasional untuk mendukung negara kami, agar kami dapat keluar dari krisis ini sesegera mungkin," ungkapnya.
Jumat kemarin, blok regional ECOWAS membekukan keanggotaan Burkina Faso karena terjadinya kudeta. Blok beranggotakan 15 negara itu menyerukan pembebasan Kabore dan sejumlah pejabat Burkina Faso lainnya.
ECOWAS juga sepakat mengirim sebuah delegasi untuk bertemu junta Burkina Faso di ibu kota Ouagadougou.
Di awal pertemuan virtual ECOWAS, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo mengecam keras terjadinya kudeta di Burkina Faso. "Kudeta di kawasan ini adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi kita semua. Kudeta ini mengancam perdamaian, keamanan dan stabilitas di Afrika Barat," sebut Akufo-Addo.
Burkina Faso adalah negara ketiga di Afrika Barat yang mengalami kudeta militer dalam setahun terakhir. Dua negara lainnya adalah Guinea dan Mali, yang sama-sama telah menerima sanksi dari ECOWAS.
Baca: Sekjen PBB Kecam Keras Kudeta di Burkina Faso
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News