Namun, apakah Israel benar-benar menang dalam perang ini? Berikut adalah pandangan dari para ahli internasional mengenai konflik tersebut:
1. Fawaz A. Gerges: Risiko Konflik Abadi
Fawaz A. Gerges, Profesor Hubungan Internasional di London School of Economics, menyatakan bahwa konflik Israel-Palestina hanya akan berakhir jika Israel mengakhiri pendudukannya di tanah Palestina.
"Konflik saat ini mungkin berakhir pada 2025, tetapi babak-babak lain akan segera menyusul," ujarnya. Menurutnya, Israel menghadapi risiko "perang selamanya" karena baik pemerintah maupun oposisi di Israel menolak pendirian negara Palestina yang merdeka.
2. Eyal Zisser: Kesuksesan Militer Tanpa Jaminan Politik
Eyal Zisser, sejarawan dari Universitas Tel Aviv, menyoroti bahwa Israel telah mencapai banyak tujuan militernya.
"Hamas dikalahkan sebagai kekuatan militer dan pemerintahan di Gaza, sementara Hezbollah kehilangan kemampuan untuk mengancam Israel secara signifikan," katanya.
Namun, ia mempertanyakan apakah keberhasilan ini dapat diterjemahkan ke dalam langkah politik, terutama untuk menjalin hubungan dengan negara-negara Arab moderat.
3. Mehran Kamrava: Strategi Melawan "Gurita Iran"
Mehran Kamrava dari Georgetown University di Qatar menggambarkan strategi Israel sebagai upaya melumpuhkan "gurita" Iran yang melibatkan proksi seperti Hamas dan Hezbollah.
"Sebagian besar tentakel telah dilemahkan, tetapi kepala gurita belum dipotong," jelasnya. Ia juga menyoroti bahwa kembalinya Donald Trump dapat membatasi konflik langsung dengan Iran karena Trump lebih memilih tekanan ekonomi daripada perang besar.
4. Alex Vatanka: Keruntuhan Poros Perlawanan
Alex Vatanka dari Middle East Institute menyebutkan bahwa Iran mengalami kekalahan besar akibat keruntuhan rezim Assad dan melemahnya Hezbollah.
"Hamas hampir sepenuhnya dihancurkan, dan Iran kini harus mempertimbangkan ulang strategi regionalnya," ungkapnya.
Namun, ia memperingatkan bahwa Israel kemungkinan besar akan terus menyerang proksi Iran di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
5. Avi Shlaim: Konflik Berkelanjutan Akibat Kebijakan Kolonial
Avi Shlaim, profesor emeritus dari Universitas Oxford, menyebut Israel sebagai "negara kolonial pemukim" yang adiktif terhadap pendudukan dan perluasan wilayah.
"Selama Israel tidak mengakhiri okupasi, konflik akan terus berlanjut," tegasnya. Ia juga menyebut bahwa dukungan Amerika Serikat terhadap Israel turut memperpanjang konflik ini.
6. Lior B. Sternfeld: Tekanan Internasional sebagai Solusi
Lior B. Sternfeld dari Pennsylvania State University menegaskan bahwa Netanyahu tidak akan menghentikan perang tanpa tekanan internasional.
"Perang ini digunakan untuk menyelamatkan posisinya di tengah kasus hukum dan masalah domestik," ujarnya. Sternfeld menyoroti kemungkinan Trump memaksa gencatan senjata, tetapi itu hanya akan bersifat sementara.
7. Michael Lynk: Tantangan Hak-Hak Palestina dan Peran Hukum Internasional
Michael Lynk, jurnalis dari Anadolu menyoroti peran penting hukum internasional dalam konflik ini. "Hukum internasional akan semakin berperan penting di tahun 2025, dengan desakan pada pendekatan berbasis hak yang menggantikan pendekatan realpolitik Oslo," ungkapnya.
Lynk menambahkan bahwa kembalinya Donald Trump akan memperkuat subjugasi Palestina, dengan lebih banyak tanah disita, pemukiman ilegal diperluas, dan kekerasan pemukim meningkat.
"Genosida di Gaza meninggalkan luka besar dengan kematian massal dan kehancuran total," katanya. Ia juga memperingatkan tantangan besar dalam menggalang dana $40-60 miliar untuk rekonstruksi Gaza, yang akan memicu ketegangan antara Trump dan sekutunya di Teluk.
Kesimpulan: Kemenangan Bersyarat
Meskipun Israel telah mencapai kemenangan militer yang signifikan, keberhasilan ini tidak menjamin perdamaian jangka panjang. Konflik tetap mungkin terjadi jika isu pendudukan dan hak-hak Palestina tidak diselesaikan.Israel tahun 2025 mungkin memenangkan pertempuran di Gaza, tetapi apakah mereka benar-benar akan mengakhiri konflik di Timur Tengah? Itu adalah pertanyaan yang masih belum terjawab, dengan masa depan kawasan Timur Tengah yang tetap penuh ketidakpastian.
Baca Juga:
Kekejaman Israel Berlanjut, Enam Bayi Palestina Meninggal Membeku di Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di