Aksi protes berujung kematian dipicu penangkapan beberapa pejabat lokal dan aktivis yang menyerukan dibentuknya wilayah otonom bagi bagi grup etnis Wolaita.
Temesgen Hilina, seorang pejabat senior dari Pusat Kesehatan Boditi, mengatakan bahwa pasukan keamanan menembak mati sedikitnya enam orang di wilayah Boditi pada Senin kemarin. Boditi adalah kota yang berjarak 295 kilometer dari ibu kota Addis Ababa.
"Mereka ditembak di bagian kepala, perut, dan dada," ujar Hilina. "Saya yang memberikan pertolongan pertama, namun mereka semua pada akhirnya meninggal," sambungnya, dilansir dari laman ZBC News, Selasa 11 Agustus 2020.
Ia menambahkan, seorang bocah berusia 14 tahun merupakan satu dari enam korban tewas. Penembakan tersebut juga melukai sedikitnya 34 orang.
Di Sodo, kota yang berjarak 315 km dari Addis Ababa, seorang petugas kesehatan mengaku melihat empat korban luka tembak. Juru bicara pemerintah daerah tempat terjadinya penembakan belum merespons permintaan komentar dari awak media.
Seperti banyak grup etnis lainnya di Ethiopia, Wolaita menginginkan pembentukan negara bagian sendiri, yang dapat memberikan lebih banyak otonomi dalam hal keamanan dan perpajakan.
Saat ini Ethiopia memiliki 10 negara bagian dan sekitar 80 grup etnis. Sistem federal Ethiopia memungkinkan grup etnis manapun untuk meminta referendum dalam hal pembentukan wilayah otonom. Namun, pemerintahan Ethiopia sebelumnya belum pernah mengizinkan adanya referendum semacam itu.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, yang berkuasa sejak 2018, merupakan tokoh pendorong reformasi demokrasi di negaranya, yang meliputi digelarnya satu referendum tahun lalu.
Namun ia masih kesulitan menghadapi tokoh berpengaruh di sejumlah daerah Ethiopia, yang kerap membangun kekuatan dengan meminta dukungan dari grup-grup etnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News