Smotrich mengungkapkan pernyataan tersebut dalam pertemuan dengan partai di parlemen Israel, Knesset.
Menurutnya dengan menghentikan perang di Gaza selama dua bulan, berarti kehilangan prestasi tentara Israel di sana. Hal ini, kata dia, akan memungkinkan kelompok Palestina Hamas untuk memulihkan kekuatannya.
“Ini memungkinkan terorisme memasuki daerah kantong itu lagi setelah tentara mundur,” kata Smotrich, dilansir dari Anadolu, Selasa, 30 Januari 2024.
Komentar tersebut muncul sebagai reaksi terhadap laporan di media Israel yang menyebutkan, Israel dan Hamas hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata, yang mana gencatan senjata selama dua bulan akan berlaku dan pertukaran pertahanan akan dilakukan.
"Akan ada kekuasaan militer di Gaza karena hal itu disepakati oleh kita semua," kata Smotrich dalam wawancara dengan Channel 12.
Ia juga menentang adanya Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Menurutnya, badan tersebut harus diusir dari Gaza dan Tepi Barat.
Israel menuduh beberapa karyawan badan tersebut terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Hal ini menyebabkan lebih dari 10 negara menangguhkan pendanaannya ke badan milik PBB tersebut.
Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 26.637 warga Palestina dan melukai 65.387 lainnya. Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Negeri Zionis telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.
Baca juga: Pasukan Khusus Israel Menyusup ke RS Tepi Barat, 3 Orang Tewas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News