Berdasarkan keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Yordania, pertemuan tersebut bertujuan mendiskusikan aksi-aksi yang akan mereka ambil dalam KTT tripartit di Kairo.
Para Menteri Luar Negeri (Menlu) ketiga negara tersebut mendiskusikan eskalasi besar yang terjadi di kawasan mereka dan menekankan bahwa eskalasi ini dimulai dengan menghentikan agresi Israel di Gaza.

Gambar: Pernyataan Resmi 3 Menteri. (Sumber: Kemenlu Yordania)
"Para menteri mengecam serangan Israel di Lebanon dan menegaskan bahwa Israel mendorong kawasan menuju perang komprehensif," tulis para Menteri Irak, Lebanon, dan Yordania.
Mereka menyerukan agar komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB mengambil tanggung jawab dalam menghentikan perang. Mereka juga menekankan bahwa Israel harus bertanggung jawab penuh atas kerusakan dan kehancuran yang terjadi di kawasan tersebut.
Di acara yang sama, Duta Israel untuk PBB, Danny Dannon, mengatakan bahwa Israel membuka peluang untuk deeskalasi konflik dengan Lebanon.
"Kami tidak ingin melakukan invasi apa pun... kami lebih suka solusi diplomatik," ujar Dannon kepada wartawan, melansir Times of Israel.
"Jika mereka tidak menembakkan roket ke Israel dan kami bisa membawa pulang warga kami ke Utara, kembali ke komunitas mereka, itu saja," lanjut Dannon.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, juga mengingatkan di pertemuan Majelis Umum PBB bahwa perang skala penuh bukan kepentingan siapa pun dan proses deeskalasi masih bisa dilakukan.
Menlu Lebanon, Abdallah Bou Habib, menyebut pernyataan Biden "tidak tegas, tidak menjanjikan" dan menyatakan bahwa AS "satu-satunya negara yang bisa membawa perubahan di Timur Tengah terkait Lebanon," mengingat status AS sebagai penyedia senjata terbesar untuk Israel.
Namun, Menlu Lebanon tidak mengungkapkan upaya apa pun dari pihak Lebanon dan Hizbullah untuk deeskalasi situasi dengan Israel.
Saat berita ini disusun, belum ada upaya dari kedua negara untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga:
Pidato Terakhir di PBB, Biden Bahas Konflik Timteng hingga Perang Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News