Polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa. Suara tembakan senjata api juga terdengar dari lapangan Martyrs' Square di ibu kota.
Banyak warga Lebanon marah kepada pemerintah yang dinilai gagal mencegah terjadinya ledakan di sebuah gudang di area pelabuhan Beirut. Ledakan tersebut berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang sudah tersimpan di gudang selama enam tahun.
Meski Pemerintah Lebanon berjanji mencari pihak yang bertanggung jawab atas ledakan, para pedemo tetap terbakar amarah. Sebelum terjadinya ledakan, Lebanon sudah mengalami krisis ekonomi yang diperparah pandemi virus korona (covid-19).
Penyerbuan ke sejumlah gedung kementerian dimulai usai sekelompok orang meneriakkan slogan anti-pemerintah. Membakar foto Presiden Lebanon Michel Aoun, mereka menyerukan agar semua gedung kementerian diduduki.
"Semua (gedung kementerian) sudah menjadi milik kami. Polisi ada di luar gerbang. Mereka tidak bisa menghentikan kami," ujar salah satu pengunjuk rasa yang mengaku bernama Rebecca, kepada kantor berita BBC.
Dari jajaran demonstran di gedung Kementerian Luar Negeri Lebanon, beberapa di antaranya adalah mantan perwira militer. Akses masuk ke Kemenlu Lebanon relatif mudah karena beberapa bagiannya rusak akibat terkena ledakan Selasa lalu.
Media lokal melaporkan, militer Lebanon berhasil mengusir sekelompok pengunjuk rasa dari gedung Kemenlu. Namun, beberapa gedung kementerian lainnya masih diduduki pedemo.
Tayangan televisi memperlihatkan massa yang menerobos masuk ke area kementerian energi dan ekonomi Lebanon. Sekelompok prajurit terlihat berpatroli di berbagai ruas jalan ibu kota dengan mengendarai kendaraan yang dilengkapi senapan mesin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News