Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

Kecam Islamofobia di Swedia, Erdogan: Jangan Harap Dapat Dukungan Masuk NATO

Medcom • 02 Februari 2023 19:17
Ankara: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki mengharapkan langkah tulus dari Swedia dalam perang melawan Islamofobia. Ini merupakan buntut pembakaran Al-Qur’an beberapa waktu lalu di Swedia. 
 
Dalam wawancara eksklusif dengan TRT, Ia menjawab pertanyaan tentang isu-isu domestik dan global, kebijakannya dalam segala hal hingga proses pemilihan, serta prospek energi Turki. Tragedi penodaan Al-Qur’an di Swedia juga menjadi sorotannya.
 
Erdogan mengatakan bahwa Turki mendesak Swedia dan Finlandia untuk sepenuhnya mematuhi komitmen dalam nota tripartit yang ditandatangani tahun lalu.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ketegangan meningkat setelah politikus sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan pada pekan lalu membakar Al-Qur'an pada dua lokasi terpisah, yakni di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia dan kemudian di depan sebuah masjid di Denmark. Paludan juga mengatakan akan membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat, hingga Swedia diterima di aliansi NATO.
 
Baca: Erdogan: Turki Positif atas Tawaran NATO Finlandia, Bukan Swedia.

Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, juga merobek halaman-halaman dari salinan Al-Qur'an di Den Haag. Ia kemudian membakar Al-Qur’an, seperti yang diposting di video Internet.
 
Erdogan telah berulang kali menekankan bahwa Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan Turki untuk bergabung dengan NATO setelah insiden tersebut.
 
"Meskipun ada peringatan, Swedia menutup mata terhadap pembakaran Al-Qur’an dan polisi melindungi pelakunya. Kejahatan kebencian terhadap Muslim tidak dapat diterima," kata Erdogan
 
 "Permintaan maaf dari Swedia tidak akan menyelesaikan masalah,” tambahnya.
 
Sebelumnya, Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei dengan mengabaikan non-blok militer selama beberapa dekade. Keputusan itu dipicu oleh serangan Rusia terhadap Ukraina.
 
Setiap negara yang bergabung dengan NATO membutuhkan persetujuan bulat dari negara-negara anggota. Namun, keanggotaan Turki selama 70 tahun, menyuarakan keberatannya dengan menuduh Swedia mentolerir, bahkan mendukung kelompok teror termasuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
 
PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa. Partai itu mengobarkan perang gerilya selama puluhan tahun melawan pemerintah Turki, serta bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi. 
 
Sejauh ini, Erdogan telah memberikan sinyal persetujuan untuk Finlandia bergabung dengan NATO, tapi tidak untuk Swedia. (Jessica Gracia)
 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif