Komentar diplomat Saudi itu muncul usai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas normalisasi dengan Arab Saudi dalam pembicaraan dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan di Yerusalem.
"Normalisasi sejati dan stabilitas sejati hanya akan terwujud, memberikan Palestina sebuah negara," kata Pangeran Faisal di KTT tersebut, dilansir dari AFP, Jumat, 20 Januari 2023.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, adalah mitra dekat Amerika Serikat tetapi telah berulang kali menolak untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sekutu AS karena pendudukannya atas wilayah Palestina.
Abraham Accords atau Perjanjian Abraham merupakan pernyataan bersama antara Israel, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dicapai pada 13 Agustus 2020.
Baca juga: Israel Minta Bantuan Paus Fransiskus untuk Bebaskan 4 Warga yang Ditawan di Gaza
Kesepakatan ini yang mengajak Uni Emirat Arab dan Bahrain, menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel. Netanyahu berulang kali menyatakan keinginannya untuk melihat Arab Saudi bergabung dalam daftar tersebut.
Dalam pembicaraan mereka pada Kamis kemarin, Netanyahu dan Sullivan membahas langkah-langkah untuk memperdalam Abraham Accords, dengan penekanan pada terobosan dengan Saudi.
Tepi Barat dan Jalur Gaza ditambah Yerusalem timur yang dicaplok Israel telah lama disebut-sebut sebagai dasar negara Palestina dalam solusi "dua negara" untuk konflik yang berkepanjangan.
Namun tujuan itu semakin jauh, dengan Tepi Barat yang diduduki terpecah-pecah oleh pemukiman Yahudi.
Netanyahu berencana untuk mengejar kebijakan perluasan pemukiman yang meningkat di Tepi Barat, dengan partai-partai Yahudi ultra-Ortodoks dalam koalisinya menganjurkan aneksasi beberapa wilayah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News