EHRC mengatakan, jumlah korban tewas dari serangan yang terjadi pada Sabtu malam itu kemungkinan dapat bertambah.
"Serangan terbaru ini merupakan kelanjutan dari hilangnya nyawa manusia di negara ini," kata Kepala Komisaris EHRC Daniel Bekele, dikutip dari laman Anadolu Agency pada Senin, 16 November 2020.
Sejauh ini belum ada grup yang bertanggung jawab atas serangan terhadap bus di Ethiopia barat. Otoritas setempat mengaku tidak menemukan bukti yang mengaitkan serangan tersebut dengan konflik yang tengah berkecamuk di wilayah Tigray.
Peristiwa terbaru ini terjadi saat puluhan ribu orang beramai-ramai melarikan diri dari Tigray. Sekitar 25 ribu warga Ethiopia dikabarkan telah melintas menuju Sudan untuk menghindari pertempuran antara pemberontak Tigray dan pasukan pemerintah Ethiopia.
Pada 4 November, Ethiopia meluncurkan operasi penegakan hukum di Tigray. Operasi diluncurkan usai pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menyerang komando utara militer Ethiopia di wilayah tersebut.
Sementara itu, sejumlah roket yang ditembakkan dari wilayah Tigray di Ethiopia mengenai ibu kota dari negara tetangga Eritrea. Jatuhnya tiga roket ini dikhawatirkan dapat menyeret Eritrea ke dalam konflik Ethiopia.
Setidaknya tiga roket ditembakkan dari Tigray mendarat di Asmara, ibu kota dari Eritrea, pada Sabtu malam. Dua dari tiga roket itu mendarat di area bandara.
Karena sebagian besar jaringan komunikasi di Tigray dan Eritrea terputus, otoritas di kedua wilayah tersebut belum dapat dihubungi.
Baca: Roket dari Tigray Ethiopia Mendarat di Ibu Kota Eritrea
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
