Sejumlah pihak menilai, pengumuman terbaru dari Abbas merupakan upaya memulihkan Palestina yang terpecah dalam rangka memperbaiki hubungan dengan pemerintahan baru Amerika Serikat saat nantinya dipimpin Joe Biden.
Baca: Hamas dan Fatah Lanjutkan Dialog Rekonsiliasi di Kairo
Dilansir dari laman The New York Times, dekrit presiden yang diumumkan Abbas menyebutkan bahwa pemilu Dewan Legislatif Palestina akan berlangsung pada 22 Mei, dan diikuti pilpres pada 31 Juli.
Berusia 85 tahun, Abbas yang merupakan pemimpin dari gerakan Fatah terpilih sebagai presiden Palestina pada 2005 usai meninggalnya sang pendahulu, Yasir Arafat.
Beberapa analisi meyakini Abbas sedang berusaha memperbarui legitimasinya di mata komunitas internasional, terutama menjelang dilantiknya Biden sebagai presiden ke-46 di AS. Abbas disebut-sebut ingin menjalin hubungan baik dengan AS dan juga kembali bernegosiasi dengan Israel.
"Dia tidak ingin mendengar dari siapapun bahwa dia tidak mewakili masyarakat Palestina, atau dia tidak menguasai (Jalur) Gaza," kata Jihad Harb, seorang pakar politik Palestina.
Terakhir kalinya pemilu Palestina digelar terjadi pada 2006. Kala itu, kelompok Hamas mengalahkan Fatah dalam Pemilu Dewan Legislatif, yang berujung pada skema pembagian kekuasaan selama 1,5 tahun.
AS dan sebagian besar negara Barat menolak bekerja sama dengan pemerintahan bersatu Palestina karena adanya Hamas. Hamas dinilai sebagai organisasi teroris karena tidak mau mengecam kekerasan dan mengakui hak Israel untuk hadir sebagai tetangga Palestina.
Pertempuran sempat terjadi antara Fatah dan Hamas di Gaza, dan berakhir pada Juni 2007. Usai peperangan, Hamas menguasai Gaza, sementara Fatah menjalankan kekuasaannya di Tepi Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News