Tim khawatir masih banyak lagi yang terjebak di bawah puing-puing. Sementara itu, pihak berwenang menangkap wali kota kota wilayah itu, dan kini ia dalam penyelidikan yang meluas dari bencana tersebut.
Runtuhnya gedung 10 lantai yang sedang dibangun pada Senin lalu di Gedung Metropol memperlihatkan balok-balok semen dan balok bajanya. Runtuhnya bangunan ini menggarisbawahi krisis yang sedang berlangsung dalam proyek-proyek konstruksi Iran.
Video dari keruntuhan gedung tersebut menunjukkan debu tebal naik di atas Abadan, kota penghasil minyak penting di provinsi Khuzestan, dekat perbatasan Iran dengan Irak. Gedung Metropol mencakup dua menara, satu sudah dibangun dan satu lagi sedang dibangun, meskipun lantai komersial bawahnya telah selesai dan sudah ada penyewa.
Seorang pejabat tanggapan darurat Iran menyatakan, sekitar 50 orang mungkin berada di dalam gedung pada saat keruntuhan, termasuk orang-orang yang pindah ke lantai bawah tanahnya.
"Namun, tidak jelas apakah angka itu termasuk yang sudah ditarik dari puing-puing. Tapi, sedikitnya 39 orang terluka, kebanyakan dari mereka ringan," kata pejabat itu, dilansir dari ABC News, Rabu, 25 Mei 2022.
Rekaman drone menunjukkan lantai bertumpuk satu sama lain, meninggalkan tumpukan puing abu-abu yang berdebu. Sebuah derek konstruksi berdiri diam di dekatnya saat sebuah backhoe digali.
TV pemerintah, mengutip Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi pada Selasa malam, mengatakan sedikitnya 14 orang tewas.
Kerumunan orang marah di lokasi itu mengejar dan memukuli Wali Kota Abadan Hossein Hamidpour segera setelah keruntuhan, menurut kantor berita ILNA. Polisi kemudian menangkap Hamidpour dan sembilan lainnya.
Awalnya, pihak berwenang mengatakan pemilik gedung dan kontraktor umumnya telah ditangkap juga, meskipun laporan dari kantor berita pengadilan Mizan mengatakan, kedua pria itu tewas dalam keruntuhan.
Pihak berwenang tidak memberikan kabar segera tentang apakah mereka yang ditahan menghadapi dakwaan. Belum jelas juga jika pengacara mewakili mereka.
Presiden Iran Ebrahim Raisi menyampaikan belasungkawa dan meminta pemerintah setempat untuk menyelesaikan kasus ini. Wakil presiden Iran yang bertanggung jawab atas urusan ekonomi, Mohsen Razaei, dan Vahidi mengunjungi situs tersebut.
Anggota parlemen membuka penyelidikan parlemen terpisah ke dalam kasus tersebut, mencoba menentukan penyebab bangunan di Jalan Amir Kabir runtuh selama badai pasir.
Namun, tidak ada gempa besar yang tercatat pada Senin kemarin di dekat Abadan.
Abadan menjadi fokus pembangunan oleh Inggris mulai 1909, ketika mereka membangun apa yang menjadi kilang minyak terbesar di dunia saat itu. Iran kemudian menasionalisasi industri minyaknya dalam beberapa dekade sebelum Revolusi Islam 1979.
Perang panjang Irak melawan Iran pada 1980-an membuat Abadan dan wilayah sekitarnya hancur dalam pertempuran itu. Pada tahun-tahun sejak itu, proyek konstruksi swasta dan negara yang cepat membangun kembali daerah tersebut, di tengah keluhan praktik konstruksi yang buruk.
Runtuhnya mengingatkan banyak pada kebakaran 2017 dan runtuhnya gedung Plasco yang ikonik di Teheran yang menewaskan 26 orang.
Pada 1978, pembakaran yang disengaja di Cinema Rex di kota itu menewaskan ratusan orang. Kemarahan atas kobaran api memicu kerusuhan di seluruh wilayah kaya minyak Iran, serta membantu mengarah pada Revolusi Islam yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News