New York: Indonesia bersama 140 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain mendukung resolusi yang mendesak agar Rusia segera tarik pasukannya di Ukraina. Apa argumen yang dikeluarkan oleh Indonesia.
Wakil Tetap RI untuk PBB Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa satu tahun setelah Perang Dimulai di Ukraina, keadaannya tidak lebih dekat dengan perdamaian.
“Kematian penderitaan dan kehancuran terus meningkat dan dampak perang telah melampaui batas negara dalam konflik,” ujar Dubes Arrmanatha Nasir dilansir dari YouTube United Nations, Jumat 24 Februari 2023.
“Indonesia memberikan suara (mendukung) untuk resolusi tersebut karena kami percaya bahwa menjunjung tinggi prinsip Piagam PBB dan hukum internasional termasuk penyelesaian sengketa secara damai,” imbuh Dubes Arrmanatha.
“Menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum atau rule of law merupakan dasar untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina,” lanjutnya.
Wakil Tetap RI untuk PBB Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa satu tahun setelah Perang Dimulai di Ukraina, keadaannya tidak lebih dekat dengan perdamaian.
“Kematian penderitaan dan kehancuran terus meningkat dan dampak perang telah melampaui batas negara dalam konflik,” ujar Dubes Arrmanatha Nasir dilansir dari YouTube United Nations, Jumat 24 Februari 2023.
Baca: Setahun Perang, 141 Negara PBB Minta Rusia Cabut dari Ukraina, Termasuk Indonesia. |
“Indonesia memberikan suara (mendukung) untuk resolusi tersebut karena kami percaya bahwa menjunjung tinggi prinsip Piagam PBB dan hukum internasional termasuk penyelesaian sengketa secara damai,” imbuh Dubes Arrmanatha.
“Menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum atau rule of law merupakan dasar untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina,” lanjutnya.
Usulan Indonesia tidak masuk
Pada pernyataannya, Dubes Arrmanatha menyuarakan kekecewaan bahwa usulan Indonesia tidak diadopsi. Usulan itu berupa mendesak Rusia dan Ukraina untuk melakukan dialog dengan sarana diplomatik dan masuk ke dalam negosiasi perdamaian langsung.
“Unsur-unsur yang kami sarankan secara konstruktif dalam proses penyusunan tidak ada dalam draf akhir,” ucapnya.
Menurut Dubes Arrmanatha, Indonesia percaya resolusi yang diadopsi hari ini mungkin tidak mencapai tujuan yang dimaksudkan yaitu membantu membawa negara-negara yang berperang lebih dekat ke Perdamaian.
“Resolusi tersebut kehilangan semangat untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina dan resolusi tersebut juga tidak meminta Komunitas Internasional untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengakhiri perang terutama resolusi tersebut kehilangan seruan bagi kedua pihak yang berkonflik untuk melakukan dialog dengan sarana diplomatik dan masuk ke dalam negosiasi perdamaian langsung,” sebutnya.
“Pada akhirnya kedua belah pihak sendirilah yang dapat dan harus mencegah spiral ke bawah lebih lanjut dan mengakhiri perang. memperdalam Kesenjangan antara pihak-pihak yang berkonflik,” tegasnya.
Majelis umum adalah organ paling inklusif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, resolusinya mencerminkan suara dan pernyataan kolektif dari 193 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Oleh karena itu sangat mendasar bahwa resolusinya benar secara faktual resolusi Majelis Umum yang inklusif dan seimbang bukanlah konten media sosial Kredibilitas institusi Agustus kita dipertaruhkan jika resolusi yang diajukan oleh ga memutar informasi faktual resolusi yang diadopsi hari ini condong sangat dekat ke arah ini.
“Kami harus terus bekerja menuju dunia di mana agresi dan kekerasan tidak memiliki tempat dan di mana prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia dihormati.
“Kita tidak boleh menerapkan standar ganda dalam menangani situasi konflik di semua belahan dunia baik itu perang di Ukraina di Palestina atau bagian lain dari dunia Indonesia siap untuk mendukung semua upaya menuju perdamaian dan stabilitas dan kami meminta Komunitas Internasional untuk melakukannya,” pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
“Unsur-unsur yang kami sarankan secara konstruktif dalam proses penyusunan tidak ada dalam draf akhir,” ucapnya.
Menurut Dubes Arrmanatha, Indonesia percaya resolusi yang diadopsi hari ini mungkin tidak mencapai tujuan yang dimaksudkan yaitu membantu membawa negara-negara yang berperang lebih dekat ke Perdamaian.
“Resolusi tersebut kehilangan semangat untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina dan resolusi tersebut juga tidak meminta Komunitas Internasional untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengakhiri perang terutama resolusi tersebut kehilangan seruan bagi kedua pihak yang berkonflik untuk melakukan dialog dengan sarana diplomatik dan masuk ke dalam negosiasi perdamaian langsung,” sebutnya.
“Pada akhirnya kedua belah pihak sendirilah yang dapat dan harus mencegah spiral ke bawah lebih lanjut dan mengakhiri perang. memperdalam Kesenjangan antara pihak-pihak yang berkonflik,” tegasnya.
Majelis umum adalah organ paling inklusif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, resolusinya mencerminkan suara dan pernyataan kolektif dari 193 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Oleh karena itu sangat mendasar bahwa resolusinya benar secara faktual resolusi Majelis Umum yang inklusif dan seimbang bukanlah konten media sosial Kredibilitas institusi Agustus kita dipertaruhkan jika resolusi yang diajukan oleh ga memutar informasi faktual resolusi yang diadopsi hari ini condong sangat dekat ke arah ini.
“Kami harus terus bekerja menuju dunia di mana agresi dan kekerasan tidak memiliki tempat dan di mana prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia dihormati.
“Kita tidak boleh menerapkan standar ganda dalam menangani situasi konflik di semua belahan dunia baik itu perang di Ukraina di Palestina atau bagian lain dari dunia Indonesia siap untuk mendukung semua upaya menuju perdamaian dan stabilitas dan kami meminta Komunitas Internasional untuk melakukannya,” pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News