Rabat: Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz disebut akan meresmikan kerja sama dengan Maroko dalam kunjungan pada Selasa, 23 November 2021. Pernyataan ini disampaikan oleh para pejabat setempat, saat Maroko terlibat dalam kebuntuan atas Sahara Barat.
Dilansir dari AFP, Selasa, 23 November 2021, perjalanan dua hari tersebut dilakukan kurang dari setahun setelah Maroko menormalkan hubungan dengan Israel. Normalisasi tersebut tercatat dalam kesepakatan, yang ditengahi oleh pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Sebagai imbalannya, AS mengakui kedaulatan kerajaan di Afrika Utara itu atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan, Gantz menjadi menteri pertahanan Israel pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Maroko. Pejabat berusia 62 tahun tersebut akan menandatangani “sebuah nota kesepahaman yang akan menguraikan kerja sama pertahanan antara kedua negara”.
Seorang sumber yang mengetahui kunjungan tersebut menjelaskan kepada AFP, perjalanan bertujuan untuk “menetapkan dasar bagi semua kerja sama keamanan di masa depan antara Israel dan Maroko”.
“Sampai saat ini ada beberapa tingkat kerja sama, kami akan benar-benar meresmikannya,” kata sumber itu.
Maroko diketahui telah menguasai sebagian besar Sahara Barat dan menganggap bekas jajahan Spanyol sebagai wilayah kedaulatannya. Ketegangan berkobar antara Maroko dan Aljazair, yang mendukung gerakan kemerdekaan Front Polisario Sahara Barat.
Aljazair pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada Agustus lalu, dengan alasan “tindakan bermusuhan” tuduhan yang dibantah oleh Rabat. Awal November ini, Aljazair menuduh Maroko membunuh tiga warga sipil Aljazair di jalan raya gurun, dimana meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi.
Kepala Polisario, Brahim Ghali mengatakan pekan lalu, gerakan tersebut telah memutuskan untuk meningkatkan operasi militer. Pakar Israel di Maroko, Bruce Maddy-Weitzman menyatakan, waktu kunjungan Gantz dan penandatanganan MOU bukanlah suatu kebetulan.
“Mungkin saja dalam konteks ketegangan Maroko-Aljazair, rakyat Maroko adalah orang-orang yang tertarik pada ini,” ujar Maddy-Weitzman.
“Tampaknya bagi saya bahwa Maroko adalah orang-orang yang ingin menunjukkan kepada semua orang, publik mereka sendiri, saingan Aljazair mereka, Barat bahwa mereka memperdalam hubungan mereka dengan Israel,” ucap Profesor Universitas Tel Aviv itu.
Sebelumnya, pada 1993, Maroko dan Israel menjalin hubungan. Namun, Maroko memutuskan hubungan pada awal intifada (pemberontakan) Palestina kedua pada 2000.
Maroko juga diketahui menormalkan hubungan dengan negara Yahudi pada Desember lalu, tak lama setelah pengumuman serupa oleh UEA dan Bahrain. (Nadia Ayu Soraya)
Dilansir dari AFP, Selasa, 23 November 2021, perjalanan dua hari tersebut dilakukan kurang dari setahun setelah Maroko menormalkan hubungan dengan Israel. Normalisasi tersebut tercatat dalam kesepakatan, yang ditengahi oleh pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Sebagai imbalannya, AS mengakui kedaulatan kerajaan di Afrika Utara itu atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan, Gantz menjadi menteri pertahanan Israel pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Maroko. Pejabat berusia 62 tahun tersebut akan menandatangani “sebuah nota kesepahaman yang akan menguraikan kerja sama pertahanan antara kedua negara”.
Seorang sumber yang mengetahui kunjungan tersebut menjelaskan kepada AFP, perjalanan bertujuan untuk “menetapkan dasar bagi semua kerja sama keamanan di masa depan antara Israel dan Maroko”.
“Sampai saat ini ada beberapa tingkat kerja sama, kami akan benar-benar meresmikannya,” kata sumber itu.
Maroko diketahui telah menguasai sebagian besar Sahara Barat dan menganggap bekas jajahan Spanyol sebagai wilayah kedaulatannya. Ketegangan berkobar antara Maroko dan Aljazair, yang mendukung gerakan kemerdekaan Front Polisario Sahara Barat.
Aljazair pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada Agustus lalu, dengan alasan “tindakan bermusuhan” tuduhan yang dibantah oleh Rabat. Awal November ini, Aljazair menuduh Maroko membunuh tiga warga sipil Aljazair di jalan raya gurun, dimana meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi.
Kepala Polisario, Brahim Ghali mengatakan pekan lalu, gerakan tersebut telah memutuskan untuk meningkatkan operasi militer. Pakar Israel di Maroko, Bruce Maddy-Weitzman menyatakan, waktu kunjungan Gantz dan penandatanganan MOU bukanlah suatu kebetulan.
“Mungkin saja dalam konteks ketegangan Maroko-Aljazair, rakyat Maroko adalah orang-orang yang tertarik pada ini,” ujar Maddy-Weitzman.
“Tampaknya bagi saya bahwa Maroko adalah orang-orang yang ingin menunjukkan kepada semua orang, publik mereka sendiri, saingan Aljazair mereka, Barat bahwa mereka memperdalam hubungan mereka dengan Israel,” ucap Profesor Universitas Tel Aviv itu.
Sebelumnya, pada 1993, Maroko dan Israel menjalin hubungan. Namun, Maroko memutuskan hubungan pada awal intifada (pemberontakan) Palestina kedua pada 2000.
Maroko juga diketahui menormalkan hubungan dengan negara Yahudi pada Desember lalu, tak lama setelah pengumuman serupa oleh UEA dan Bahrain. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News