"Apa yang bisa kami katakan (adalah) ini adalah serangan tetapi siapa yang bertanggung jawab adalah masalah yang sedang diselidiki," kata Asisten Inspektur Jenderal polisi Uganda Edward Ochom kepada AFP, Selasa 16 November 2021.
"Ledakan terjadi di dekat Kantor Polisi Pusat dan ledakan lainnya terjadi di dekat pintu masuk Parlemen, semuanya di kawasan pusat bisnis," ucap Ochom, seraya menambahkan bahwa yang terluka telah dibawa ke rumah sakit.
“Ledakan di dekat kantor polisi itu menghancurkan jendela-jendela sementara yang di dekat pintu masuk parlemen melihat mobil-mobil yang diparkir di dekatnya terbakar,” tambah Ochom.
Juru Bicara Palang Merah Uganda Irene Nakasiita mengatakan, "Kami telah mengirim tim ke daerah itu”.
Kyle Spencer, Direktur Eksekutif Internet Exchange Point Uganda, yang mendengar ledakan itu mengatakan kepada AFP bahwa ledakan itu telah memicu kepanikan di antara banyak orang di sekitarnya.
"Jalan menuju parlemen ditutup, ada orang yang menangis, semua orang hanya berusaha menjauh dari daerah ini. Semua orang mengevakuasi gedung perkantoran dan gedung-gedung terkunci dan tidak membiarkan siapa pun masuk,” ucapnya.
Parlemen membatalkan sesi Selasa setelah serangan, meminta anggota untuk menghindari daerah itu "karena pasukan keamanan bekerja keras untuk memulihkan ketertiban".
Serangan itu menyusul dua ledakan bulan lalu, di mana ledakan bus di dekat Kampala yang melukai banyak orang dan pemboman di sebuah restoran pinggir jalan di ibu kota yang menewaskan seorang wanita.
Polisi mengatakan bulan lalu kedua serangan itu terhubung dan dilakukan oleh Pasukan Demokrat Sekutu (ADF). Mereka juga memperingatkan bahwa para ekstremis diyakini merencanakan serangan baru yang besar.
ADF, yang secara historis merupakan kelompok pemberontak Uganda, telah dituduh membunuh ribuan warga sipil di Republik Demokratik Kongo (DRC) timur. Pada Maret Amerika Serikat secara resmi menghubungkan ADF dengan kelompok Islamic State (ISIS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News