"Sekelompok besar individu bersenjata menyerang desa Kodyel di distrik Foutouri pagi ini, menewaskan puluhan orang di kalangan masyarakat sipil," ucap sumber keamanan regional kepada kantor berita AFP.
Seorang anggota dari sebuah grup pertahanan diri lokal mengonfirmasi terjadinya serangan, dengan mengatakan bahwa setidaknya "20 hingga 30 orang tewas dibunuh."
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Penyerbuan terjadi pagi hari saat warga masih berada di dalam rumah. Puluhan pria bersenjata menerobos masuk ke area desa dan membakar sejumlah rumah. Ada juga yang menembak warga secara acak," ucap dia, dilansir dari laman France 24 pada Selasa, 4 Mei 2021.
Satu anggota lainnya dari grup pertahanan sipil VDP di Foutouri juga mengestimasi adanya 30 korban tewas. "Jumlah ini masih mungkin bertambah. Banyak orang yang melarikan diri dari desa," ungkapnya.
Selain menewaskan 30 orang, serangan ini juga melukai sekitar 20 orang, dengan beberapa di antaranya berada dalam kondisi serius. Sejumlah relawan grup pertahanan diri mengkritik pemerintah karena laporan mereka mengenai ancaman serangan cenderung diabaikan.
Namun seorang sumber keamanan pemerintah membantah hal tersebut, dan menegaskan bahwa "operasi melacak para individu bersenjata ini sudah dimulai sejak para relawan menyampaikan laporannya."
Estimasi korban tewas dalam serangan terbaru ini dapat menjadikannya sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sejarah Burkina Faso.
Penyerangan terjadi hanya satu pekan usai tiga warga Eropa -- dua jurnalis Spanyol dan satu aktivis Irlandia -- dieksekusi militan saat mereka sedang mengikuti patroli anti-perburuan satwa di Burkina Faso.
Seperti Mali dan Niger, Burkina Faso juga dilanda terorisme dan ekstremisme sejak 2015.
Baca: Tiga Jurnalis Eropa Tewas dalam Serangan Teroris di Burkina Faso