Pemimpin agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. (AFP)
Pemimpin agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. (AFP)

Khamenei Sindir Menlu Iran atas Kontroversi Rekaman Audio

Willy Haryono • 03 Mei 2021 07:19
Teheran: Pemimpin agung Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut ucapan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dalam sebuah rekaman audio yang bocor ke publik sebagai sebuah "kesalahan besar." Dalam rekaman audio itu, Zarif terdengar mengeluhkan kuatnya pengaruh militer terhadap diplomasi luar negeri Iran.
 
Zarif, anggota kunci kabinet moderat Presiden Hassan Rouhani, melontarkan pernyataan tersebut dalam percakapan "rahasia" yang muncul di beberapa media lokal Iran pekan kemarin.
 
Rekaman audio yang bocor itu memicu kemarahan dari kelompok konservatif Iran. Namun kubu moderat mempertanyakan pihak mana yang sebenarnya diuntungkan dari kemunculan rekaman tersebut, seiring semakin mendekatnya pemilihan umum presiden Iran.

"Berbagai kebijakan negara dibuat dengan melibatkan elemen ekonomi, militer, sosial, sains, budaya, dan tak terkecuali hubungan internasional serta diplomasi," kata Khamenei dalam sebuah pidato di televisi.
 
"Mengatakan bahwa salah satu bagian tersebut menafikan yang lain merupakan suatu kesalahan besar. Hal seperti itu tidak boleh diucapkan pejabat Republik Islam (Iran)," sambung dia, dilansir dari laman AFP pada Senin, 3 Mei 2021.
 
Baca:  Menlu Iran sebut Garda Revolusi Kendalikan Kebijakan Luar Negeri Negaranya
 
Khamenei tidak secara eksplisit menyebut rekaman audio atau nama Zarif. Namun pernyataan tersebut sudah jelas ditujukan kepada sang menteri luar negeri.
 
"Tidak ada satu negara pun di dunia yang kebijakan luar negerinya murni hanya dibuat oleh kementerian luar negeri," ungkap Khamenei. Ia mengatakan kemenlu hanyalah "eksekutor" dari berbagai keputusan yang dibuat di level atas.
 
Untuk Iran, lanjut Khamenei, keputusan-keputusan itu dibuat oleh Dewan Keamanan Nasional Agung.
 
Dalam rekaman audio pekan kemarin, Zarif terdengar berkata bahwa "bidang militer berkuasa" di Iran. Oleh karenanya, ia mengaku terpaksa harus "mengorbankan diplomasi" demi bidang militer Iran.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan