Menurut pernyataan yang disampaikan juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, situasi di Gaza Utara telah mencapai titik kritis yang tidak dapat ditanggung bagi warga sipil Palestina yang terjebak dalam konflik.
Wilayah-wilayah seperti Jabalia, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun kini menjadi zona bahaya, dengan warga sipil yang terperangkap tanpa akses ke perawatan medis, makanan, atau tempat berlindung yang memadai.
Salah satu kekhawatiran mendesak adalah penundaan kampanye vaksinasi polio, yang diungkapkan oleh pernyataan PBB sebagai ancaman serius bagi ribuan anak. Guterres menyatakan bahwa hal ini menambah krisis kesehatan yang terus meningkat di tengah situasi perang.
“Konflik ini berlangsung dengan sedikit perhatian terhadap hukum kemanusiaan internasional dan menyerukan gencatan senjata segera serta pembebasan semua sandera tanpa syarat,” ujar Guterres dalam pernyataannya, seperti dikutip Anadolu, Senin 28 Oktober 2024.
“Perlunya perlindungan bagi pekerja kemanusiaan dan petugas penyelamat di lapangan, yang sangat dibutuhkan untuk membantu warga sipil yang terdampak,” imbuh pernyataan Guterres.
Serangan Israel yang terus berlangsung di Gaza, yang dipicu oleh serangan Hamas tahun lalu, telah menimbulkan dampak yang menghancurkan. Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 43.000 orang telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sementara lebih dari 100.000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Kondisi ini juga menyebabkan krisis pengungsi besar-besaran, dengan mayoritas warga Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang memperparah kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel saat ini menghadapi gugatan genosida di Pengadilan Internasional atas tindakan militernya di Gaza, sementara Guterres menyerukan pertanggungjawaban atas nama kemanusiaan dan mendesak agar semua pihak menghormati hukum internasional demi melindungi kehidupan warga sipil yang terjebak dalam konflik. (Angel Rinella)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News