Mantan Ketua Mahkamah Agung Afrika Selatan, Mogoeng Mogoeng. Foto: AFP
Mantan Ketua Mahkamah Agung Afrika Selatan, Mogoeng Mogoeng. Foto: AFP

Mantan Ketua MA Afrika Selatan Minta Maaf Atas Pernyataan Pro-Israel

Medcom • 04 Februari 2022 19:09
Pretoria: Mantan Ketua Mahkamah Agung Afrika Selatan, Mogoeng Mogoeng, meminta maaf pada Kamis, 3 Februari 2022 terkait pernyataannya di 2020 yang menyuarakan dukungan untuk Israel.
 
“Saya sekarang dipaksa secara hukum untuk meminta maaf tanpa syarat,” ucap Mogoeng, dilansir dari Israel National News, Jumat, 4 Februari 2022.
 
Mogoeng memicu sejumlah protes di 2020 ketika ia menyebut dalam webinar, “Saya tidak bisa, sebagai seorang Kristen, melakukan apapun selain mencintai dan berdoa untuk Israel karena saya tahu kebencian terhadap Israel dari saya dan negara saya hanya dapat menyebabkan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan bagi bangsa kita.”

Ia menambahkan bahwa Afrika Selatan “menghalangi (dirinya sendiri) akan kesempatan luar biasa untuk menjadi agen perubahan dalam situasi Israel-Palestina”.
 
“Kami tahu bagaimana rasanya berada dalam perselisihan, sebuah bangsa yang berperang dengan dirinya sendiri,” katanya.
 
Setahun setelah itu, Mogoeng diperintahkan untuk meminta maaf atas kesalahannya dengan terlibat dalam kontroversi politik, “mengkritik dan mengusulkan perubahan kebijakan resmi Afrika Selatan terhadap Israel”. Saat itu, ia kembali menegaskan bahwa dirinya tidak akan menarik perkataannya dan mengajukan banding atas keputusan Komite Perilaku Yudisial yang menuntut untuk minta maaf.
 
Keputusan sebelumnya kembali ditegakkan kemarin. Juri banding menilai Mogoeng terlibat dalam “aktivitas di luar hukum”.
 
Sentimen antiIsrael masih lekat di Afrika Selatan, di mana pemerintahannya berulang kali menyebut Israel menerapkan kebijakan “apartheid” terhadap rakyat Arab Palestina.
 
Pada 2019, negara itu mengumumkan rencana mencabut kedutaannya dari Tel Aviv. Setahun sebelumnya, Afrika Selatan menarik duta besarnya untuk Israel sebagai bentuk protes terhadap kekerasan yang mematikan sepanjang perbatasan Israel-Gaza.
 
Tindakan itu diambil setelah terjadi aksi kekerasan dan terorisme massal ketika peresmian kedutaan baru Amerika Serikat di Yerusalem. Hamas kemudian mengakui secara terbuka bahwa sebagian besar korban tewas dalam kericuhan itu merupakan anggota kelompok mereka.
 
Beberapa tahun lalu Partai ANC (African National Congress/Kongres Nasional Afrika) mengusulkan peraturan baru tentang kewarganegaraan ganda dalam rangka mencegah warga Afrika Selatan bergabung dengan IDF (Israeli Defence Forces/Pasukan Pertahanan Israel). (Kaylina Ivani) 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan