Jenderal Abdel Fattah al-Burhan menyapa warga di Omdurman, Sudan, 29 Juni 2019. (ASHRAF SHAZLY / AFP)
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan menyapa warga di Omdurman, Sudan, 29 Juni 2019. (ASHRAF SHAZLY / AFP)

Perang Masih Berkecamuk di Sudan, Militer Bersedia Perpanjang Gencatan Senjata

Willy Haryono • 27 April 2023 09:32
Khartoum: Militer Sudan dan pasukan paramiliter bertempur di pinggiran kota Khartoum sepanjang Rabu kemarin, merusak gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung antar kedua kubu selama 11 hari. Kendati begitu, militer Sudan telah menyatakan kesediaannya untuk memperpanjang gencatan senjata.
 
Pada Rabu malam, militer Sudan mengatakan bahwa pemimpinnya, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, memberikan persetujuan awal pada rencana memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi dan mengirim utusan militer ke ibu kota Sudan Selatan, Juba, untuk melakukan pembicaraan.
 
Angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sebelumnya menyetujui gencatan senjata tiga hari yang akan berakhir pada Kamis malam ini, 27 April 2023. Tidak ada tanggapan langsung dari RSF terhadap proposal dari Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (IGAD), sebuah blok regional.

Militer Sudan mengatakan bahwa Presiden Sudan Selatan, Kenya dan Djibouti sedang mengerjakan proposal yang mencakup perpanjangan gencatan senjata dan pembicaraan anta kedua kubu bertikai.
 
"Burhan berterima kasih kepada IGAD dan menyatakan persetujuan awal untuk itu," kata pernyataan militer, seperti dikutip dari voanews.com.

Perkelahian, perampokan, penjarahan

Beberapa pertempuran terberat pada Rabu kemarin terjadi di Omdurman, sebuah kota yang bersebelahan dengan Khartoum di mana tentara memerangi bala bantuan RSF dari daerah lain di Sudan, kata seorang wartawan Reuters.
 
Tembakan senjata berat dan serangan udara terdengar hingga malam hari. Di Khartoum, sejumlah geng kriminal merampok dan menjarah.
 
Sejak pertempuran meletus pada 15 April, serangan udara dan artileri telah menewaskan sedikitnya 512 orang, melukai hampir 4.200 orang, menghancurkan rumah sakit dan membatasi distribusi makanan di negara yang luas itu, di mana sepertiga dari 46 juta orang bergantung pada bantuan kemanusiaan.

WHO memprediksi 'lebih banyak kematian'

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 16 persen fasilitas kesehatan masih berfungsi di Khartoum. Namun WHO memperkirakan "lebih banyak lagi kematian" akibat penyakit dan kekurangan makanan, air, dan layanan medis termasuk imunisasi.
 
Perawatan dari sekitar 50.000 anak-anak yang kekurangan gizi akut terganggu konflik Sudan, dan rumah sakit yang masih berfungsi menghadapi kekurangan pasokan medis, listrik dan air, menurut pembaruan PBB pada Rabu.
 
Bentrokan mematikan pecah di Geneina di Darfur Barat pada Selasa dan Rabu, mengakibatkan penjarahan dan kematian warga sipil serta meningkatkan kekhawatiran tentang peningkatan ketegangan etnis, kata pembaruan PBB.
 
Krisis telah mengirim semakin banyak pengungsi melintasi perbatasan Sudan, dengan badan pengungsi PBB memperkirakan 270.000 orang dapat melarikan diri ke Sudan Selatan dan juga Chad.
 
Baca juga:  Duh, 1 dari 7 Bus Evakuasi WNI Tahap 2 Alami Kecelakaan di Sudan
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan