Prajurit Burkina Faso bersiaga di Ouagadougou, 8 Oktober 2022. (Issouf SANOGO / AFP)
Prajurit Burkina Faso bersiaga di Ouagadougou, 8 Oktober 2022. (Issouf SANOGO / AFP)

51 Orang Tewas dalam Serangan di Burkino Faso, Pasukan Prancis Sudah Tak Ada

Medcom • 21 Februari 2023 13:54
Oudalan: Jumlah korban tewas akibat serangan militan terhadap pasukan Burkina Faso di bagian utara negara itu pada pekan lalu telah bertambah menjadi 51 orang, setelah 43 jasad korban lainnya ditemukan.
 
Militer Burkinabe menyampaikan, satuan militer disergap sekelompok ekstremis di provinsi Oudalan di kawasan Sahel, antara kota Deou dan Oursi. Bala bantuan telah dikirim ke daerah tersebut, dan sejumlah korban luka telah dilarikan ke rumah sakit.
 
Selama tujuh tahun, negara Afrika Barat itu telah didera kekerasan yang dilakukan militan terasosiasi al-Qaeda dan kelompok ekstrem lainnya. Kekerasan tersebut telah menewaskan ribuan orang dan membuat hampir 2 juta warga Burkina Faso telantar, memicu krisis kemanusiaan.

Kegagalan beberapa pemerintah Burkina Faso secara berturut-turut dalam masalah ekstremisme telah memicu dua kudeta yang terjadi tahun lalu. Masing-masing pemimpin militer bersumpah membendung serangan ekstremis dan mengamankan negara, meski belum ada keberhasilan signifikan.
 
Pekan lalu, serangan di Oudalan berlangsung ketika sekitar 400 tentara pasukan khusus Prancis meninggalkan Burkina Faso, satu bulan setelah pemerintah junta memerintahkan mereka untuk keluar dari negara itu. Mali, negara tetangga Burkina Faso, sudah terlebih dahulu meminta pasukan Prancis angkat kaki.
 
Meski jumlah pasukan Prancis di Burkina Faso jauh lebih sedikit dibanding Mali, kepergian mereka menambah kekhawatiran bahwa ekstremis memanfaatkan kekacauan politik untuk memperluas jangkauan mereka.
 
Sejumlah analis mempertanyakan, apakah militer Burkina Faso mampu mengisi kekosongan yang sebelumnya diisi militer Prancis.
 
Baca juga:  Junta Burkina Faso Resmi Akhiri Kesepakatan Militer dengan Prancis
 
"Perjuangan pasukan negara untuk menghindari serangan mematikan, terutama penyergapan terhadap konvoi, menjadi perhatian utama karena datang di saat negara sedang berusaha menegaskan kehadirannya dan mengusir ekstremis dari daerah-daerah yang mereka kuasai," kata Rida Lyammouri dari Policy Center for the New South, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Maroko.
 
Lyammouri menambahkan, apabila konvoi militer Burkina Faso masih menjadi sasaran secara berulang-ulang, maka memulihkan wilayah dan memberikan perlindungan bagi warga sipil akan memakan waktu yang sangat lama dengan potensi berjatuhannya korban jiwa. (Jessica Gracia)
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan