PM Israel Benjamin Netanyahu. (AFP)
PM Israel Benjamin Netanyahu. (AFP)

Netanyahu Dikritik, Seruan Pemilu Baru Semakin Kencang di Israel

Medcom • 16 Januari 2024 12:23
Tel Aviv: Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengkritik kemampuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam memimpin perang melawan kelompok pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza. Lapid pun menekankan perlunya perubahan segera di Israel. 
 
"Pemerintah ini tidak tahu bagaimana mengelola perang, dan hal ini mendorong kita ke dalam krisis ekonomi parah yang merugikan kantong setiap warga negara, dan telah membuat kita berada di Den Haag,” kata Lapid dalam unggahan di media sosial X, seperti dikutip dari Anadolu Agency pada Selasa, 16 Januari 2024.
 
Den Haag merujuk pada lokasi berdirinya Mahkamah Internasional (ICJ), di mana Afrika Selatan mengajukan kasus dugaan genosida Israel di Gaza. Afrika Selatan menuduh Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza selama operasi militer yang intens sejak 7 Oktober tahun lalu.

Permohonan Afsel di ICJ meliputi permintaan untuk mengambil langkah-langkah sementara demi melindungi penduduk Palestina di Gaza. Afsel juga mendesak agar Israel segera menghentikan serangan militernya di wilayah terkepung tersebut.
 
"Pemerintahan ini tidak cocok untuk mengatur perang, dan Netanyahu tidak cocok untuk menjalankan negara," tutur Lapid.
 
Ia menyatakan kesiapan partainya untuk mendukung pemerintahan alternatif, dengan kepemimpinan di bawah perdana menteri berbeda.

Pemerintahan Baru di Israel

Seruan untuk mengadakan pemilu baru di Israel semakin menguat. Hal itu dipicu kritik terhadap kegagalan Netanyahu untuk mengakui tanggung jawab atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
 
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa jika pemilu dini diadakan di Israel, maka Netanyahu mungkin akan kesulitan untuk membentuk pemerintahan baru. 
 
Mantan menteri pertahanan dan anggota kabinet perang Benny Gantz dianggap sebagai orang yang paling mungkin untuk berhasil dalam skenario seperti itu.
 
Sejak 7 Oktober, Israel telah melakukan serangan mematikan di Gaza, menwaskan lebih dari 24.100 orang dan membuat sekitar 60.834 lainnya terluka. Sementara di Israek, hampir 1.200 warga tewas akibat serangan Hamas.
 
Serangan intens Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza mengungsi. Selain itu, mereka kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. PBB melaporkan bahwa 60 persen infrastruktur di Gaza sudah rusak atau hancur. (Atika Pusagawanti)
 
Baca juga:  Menlu RI Minta Pendapat Ahli Hukum Internasional untuk Bicara soal Gaza di ICJ

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan