Mahsa Amini merupakan perempuan Kurdi yang tewas setelah tiga hari ditangkap polisi moral. Menurut hasil forensik, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Amini saat ia meninggal.
"Organisasi Kedokteran Forensik di negara mana pun adalah lembaga yang paling kompeten dan terspesialisasi untuk mengeluarkan pendapat tentang masalah seperti penyebab kematian," kata mereka dikutip dari keterangan Kedutaan Besar Iran di Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sayangnya, beberapa mekanisme hak asasi manusia dan beberapa negara telah berprasangka dan menghakimi sejak awal dan telah membuat pernyataan tentang pemukulan dan kekerasan pada bagian kepala almarhumah Mahsa Amini," sambung mereka.
Baca juga: Presiden Iran Tuduh Biden Hasut Kekacauan di Negaranya
Iran mengatakan, beberapa mekanisme HAM dan negara ini menyebut aksi huru hara dan kerusuhan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum di Iran, sebagai aksi damai dan mendukung para perusuh.
"Tentu saja, tujuan politik mereka jelas bagi kami yaitu menjatuhkan Republik Islam Iran dan memecah belah Iran," kata pernyataan kedutaan tersebut.
"Kami menyarankan kepada berbagai mekanisme hak asasi manusia untuk menjaga ketidakberpihakan, keadilan dan profesionalisme mereka serta tidak terjebak dalam agenda politik beberapa negara tertentu," ucap mereka.
Iran menyebut Barat memiliki standar ganda terhadap berbagai isu. Contohnya, jika kerusuhan terjadi di Iran, bagi mereka baik dan tidak boleh ada konfrontasi.
"Tapi jika kerusuhan terjadi di Eropa, maka hal itu buruk dan harus ditangani," sambungnya.
Meski demikian, Iran berkomitmen untuk melindungi hak dasar dan kebebasan rakyatnya. Hal ini sesuai dengan hukum dan tata tertib yang berlaku.
Mereka juga berjanji akan serius menindaklanjuti setiap pelanggaran maupun pembatasan HAM masyarakatnya.