Dikutip dari TRT World, Sabtu 13 Juni 2020, penemuan terbaru menjadikan total kuburan massal yang ditemukan di Tarhuna sejauh ini mencapai sebelas.
Kementerian Hukum Libya mengumumkan bahwa area di sekitar 11 kuburan massal akan ditutup untuk kepentingan investigasi forensik.
Delapan kuburan massal ditemukan di kota Tarhuna belum lama ini. Kota tersebut direbut kembali oleh militer Pemerintah Perjanjian Nasional (GNA) pada 5 Juni lalu.
"Hukum internasional mewajibkan otoritas melakukan investigasi efektif dan transparan mengenai dugaan kasus kematian tak wajar," kata Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait penemuan kuburan massal di Libya.
Menyusul tumbangnya diktator Muammar Gaddafi pada 2011, pemerintahan Libya dibentuk pada 2015 di bawah perjanjian politik PBB. Pemerintahan tersebut, yakni GNA, terus diserang LNA di bawah komandan Khalifa Haftar sejak April 2019.
Prancis, Mesir, Rusia, dan Uni Emirat Arab mendukung LNA, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara Turki dan Italia telah menunjukkan dukungannya terhadap GNA.
LNA yang menguasai wilayah timur Libya telah berulang kali mencoba merebut Tripoli, ibu kota Libya. Sejauh ini, konflik memperebutkan ibu kota Libya telah menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Beberapa hari lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim telah menyetujui "sejumlah kesepakatan" dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai konflik Libya via sambungan telepon.
"Era baru antara Turki dan AS mungkin akan segera dimulai. Kami telah menyepakati beberapa isu," kata Erdogan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News