Dikutip dari laman BBC, Senin 14 September 2020, perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan langkah terbaru ini akan "berdampak buruk bagi kita semua," namun diperlukan karena Israel menghadapi lonjakan 4.000 kasus harian covid-19.
Seorang menteri mengundurkan diri dalam memprotes rencana lockdown, yang bersamaan dengan sejumlah festival Yahudi. Menteri Perumahan Yaakov Litzman mengatakan, lockdown akan mencegah masyarakat Yahudi dalam merayakan festival keagamaan, termasuk Yom Kippur pada 27 September.
Selain mengundurkan diri, Litzman juga mengancam akan menarik partainya dari koalisi pemerintah.
Menurut data Johns Hopkins University, jumlah kasus covid-19 di Israel telah melampaui 153 ribu dengan 1.108 kematian. Israel, negara dengan total populasi sekitar 9 juta jiwa, mencatat lebih dari 3.000 infeksi harian covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam sebuah pidato di televisi pada Minggu 13 September, PM Netanyahu mengatakan angkanya kini bertambah menjadi 4.000 per hari. Ia mengatakan lockdown kedua ini akan lebih ketat dari yang pertama.
Beberapa pembatasan dalam lockdown kedua ini di antaranya, pertemuan warga di dalam ruangan hanya dibatasi 10 orang, sementara di luar ruangan 20. Sekolah dan pusat perbelanjaan akan ditutup, dan warga Israel harus tetap berada 500 meter dari rumah mereka, dengan pengecualian untuk beberapa profesi.
Kantor-kantor dan bisnis non-pemerintah boleh tetap dibuka, tapi tidak bisa menerima pelanggan. Supermarket dan farmasi boleh tetap dibuka untuk publik.
PM Netanyahu menyadari lockdown ini berdampak pada masyarakat Yahudi yang ingin merayakan acara keagamaan. "Musim liburan kali ini akan berbeda. Kita tidak dapat merayakannya bersama keluarga jauh," ucapnya.
Kementerian Keuangan Israel mengatakan, lockdown kedua ini akan memukul perekonomian, yang sudah berada dalam resesi usai munculnya pandemi covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News