Imbas ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon pada 2020 lalu. Foto: AFP
Imbas ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon pada 2020 lalu. Foto: AFP

Perempuan Lebanon Koma Dua Tahun Usai Ledakan di Pelabuhan Beirut

Medcom • 05 Agustus 2022 21:05
Beirut: Perempuan berusia 43 tahun asal Lebanon tengah dalam kondisi koma selama dua tahun. Dia masih koma pascaledakan yang terjadi di Pelabuhan Beirut pada 2020.
 
Lara Hayek ditemukan oleh ibunya, Najwa Hayek, di rumahnya, dengan kondisi badan terluka parah, dingin, dan berlumuran darah di tengah-tengah pemusnahan massal.
 
Kepada Anadolu Agency, Najwa mengatakan “Di saat peristiwa ledakan, Lara tengah sendirian di rumahnya dan dia mengalami luka parah di bagian kepala dan mata. Setelah ledakan usai, saya langsung pergi ke rumahnya dari tempat kerja saya dan menemukan Lara dengan kondisi berlumuran darah, memulai perjalanan yang menyiksa untuk menemukan rumah sakit kosong di tengah kehancuran besar.”

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dilansir Middle East Monitor, Jumat, 5 Agustus 2022, ledakan yang terjadi pada 4 Agustus 2020 ternyata disebabkan oleh timbunan ammonium nitrate di gudang pelabuhan. Sebagian besar wilayah ibu kota Lebanon hancur akibat ledakan tersebut.
 
Kejadian tersebut secara luas dilihat oleh orang Lebanon sebagai simbol korupsi dan pemerintahan yang buruk. Negara jelas dipimpin oleh elite penguasa yang juga telah membawa keruntuhan keuangan yang menghancurkan negara itu.
 
“Setelah saya menemukan rumah sakit di Beirut, dokter serta perawat tidak segera menolong Lara, namun merawat kasus pasien yang lebih kritis. Setelah tubuhnya mulai menjadi lebih dingin, saya mulai berteriak dan memohon kepada mereka untuk menolongnya,” tambah Najwa.
 
Lara dipindahkan dari Rumah Sakit American University di Beirut ke Rumah Sakit Bhanes, setelah di diagnosis alami kerusakan otak. Hal ini menimbulkan kepedihan bagi ibu yang melihat anaknya tak bernyawa dengan jantung yang masih berdetak.
 
Ledakan non-nuklir tersebut datang setelah Najwa kehilangan suaminya pada tahun 2019. Sementara, anak laki-lakinya saat ini bertempat tinggal di luar ibu kota.
 
“Saya menganggap Lara sebagai teman saya, bukan hanya sebagai anak, dan kami terbiasa tinggal bersama, namun semenjak insiden ledakan tersebut, saya kehilangan alasan untuk hidup,” ujarnya.
 
Dalam keterangan yang dikeluarkan oleh Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut para ahli, ledakan tersebut telah merusak 77.000 apartemen, melukai 7.000 orang dan menelantarkan 300.000 lebih, paling sedikit 80.000 diantaranya adalah anak-anak.
 
“Saat ini saya seperti layaknya robot,” tambahnya.
 
“Saya bangun dan berangkat kerja, kemudian saya pulang ke rumah saya sendiri, tetapi saya menghindari ruangan anak saya,” imbuhnya.
 
Tetapi, ibu tersebut menolak untuk kehilangan harapan. “Saya memiliki harapan besar bahwa Lara akan kembali kepada saya dan saya menunggu ia bangun, bagaimanapun kondisinya,” pungkas Hayek. (Gracia Anggellica)
 
(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif